Sabtu, 02 Juli 2022

Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik

 

solidaritas mekanik dan solidaritas organik.

 

1.        Solidaritas Mekanik

Solidaritas Mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara anggota kelompok. Ciri-ciri solidaritas mekanik yaitu merujuk pada ikatan sosial yang dibangun atas dasar kebersamaan, kepercayaan dan adat bersama. Solidaritas ini disebut dengan solidaritas mekanik karena orang yang hidup dalam unit keluarga, suku maupun kota bisa berdiri sendiri dan memenuhi kebutuham hidup mereka tanpa bergantung pada kelompok lain. Solidaritas seperti ini terjadi dalam masyarakat pedesaan.

 

2.        Solidaritas Organik

Solidaritas Organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan  sudah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan karena adanya sifat saling ketergantungan antar anggota. Ciri-ciri solidaritas organik yaitu menguraikan tatanan soaial berdasarkan perbedaan individual antar rakyat. Solidaritas seperti ini terjadi di masyarakat perkotaan.

 

Menurut Durkheim, masyarakat solidaritas organik dibentuk oleh hukum restitutif, dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka. Pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat, bukan terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum. Oleh karena itu Durkheim berpendapat bahwa dalam masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan, dan bukannya hilang. Dalam masyarakat terdapat perkembangan kemandirian sebagai akibat dari perkembangan pembagian kerja yang menimbulkan kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri. Akan tetapi secara bersamaan sekaligus sifat kemandirian ini menjadi semakin tergantung antara satu sama lainnya, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian

pekerjaansosial.

Pentingnya membangun solidaritas sosial karena manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Manusia akan hidup berkelompok dalam masyarakat baik itu dalam kelompok kecil maupun kelompok besar dan tidak akan hidup sendirian. Rasa solidaritas atau kebersamaan ini akan muncul dengan sendirinya saat manusia satu dengan yang lain memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Dengan adanya solidaritas maka kita dapat bersatu dan mewujudkan sesuatu bersama-sama. Salah satu contoh penerapan rasa solidaritas dalam kehidupan sehari-hari yaitu gotong royong, seperti kerja bakti lingkungan, kerja kelompok menyelesaikan tugas, dan keikutsertaan dalam acara kedaerahan ditempat tinggalnya. Secara ringkas, solidaritas  dapat diartikan sebagai rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati,  sebagai ungkapan kesetiakawanan untuk mencapai kepentingan bersama. Oleh karena itu solidaritas sosial dapat didefinisikan kesetiakawanan dalam hubungan kelompok berdasarkan ikatan rasa saling percaya, rasa sepenanggungan, kesamaan tujuan dan cita-cita bersama (http://www.pelajaran.co.id/2017/15/pengertian-solidaritas-jenis-manfaat-tujuan-dan-faktor-yang-mempengaruhi-solidaritas.html)

 

Berkaitan dengan pengertian solidaritas sebagai rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, maka Durkhein memilih studi bunuh diri (Suicide) karena persoalan ini relatif merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat. Memnurut data hasil penelitian Durkheim aspek bunuh diri dalam kesatuan keluarga, disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.

 

Demikian juga dari aspek kesatuan politik, bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan politik. Sedangkan dari tipe bunuh diri yang disebabkan oleh sifat egoistis manusia, Durkheim menjelaskan bahwa ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu. Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan arus tersebut melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat yang disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas dilihat sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya. Durkheim (1997) menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial. Dalam kajian dalam teori solidaritas, Durkheim menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang

diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Dengan demikian secara ringkas, solidaritas  dapat diartikan sebgai rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati,  sebagai ungkapan kesetiakawanan untuk mencapai kepentingan bersama. Rasa solidaritas sosial mendorong lahirnya ikatan sosial dalam bentuk kegiatan‑kegiatan bersama dalam kehidupan masyarakat. Setiap indi­vidu meskipun individualis pada dasarnya menghendaki kehidupan yang damai dan tenteram, dan individu sendiri tak mungkin dapat memenuhi kepentingan hidupnya dengan seorang diri. Oleh karena itu individu mau tak  mauharus mengada­kan hubungan dengan individu‑individu lain, baik bersifat kontrak sosial ekonomis maupun bersifat humanistik alamiah sebagai makh­luk sosial. Atas dasar pengertian ini, maka dapat dirumuskan bahwa solidaritas sosial merupakan kesetiakawanan sosial berdasarkan ikatan rasa saling percaya, rasa senasib sepenanggungan, kesamaan tujuan dan cita-cita bersama dalam hubungan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar