Sabtu, 02 Juli 2022

Pengertian dinamika

 

Pengertian dinamika ketika dikaitkan dengan sebuah kelompok antara lain adalah:

1.    Slamet Santoso (2009), dinamika adalah interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.

2.    Kementrian Pertanian, menyatakan bahwa dinamika adalah tingkah laku anggota satu dengan lainnya langsung saling mempengaruhi secara timbal balik atau proses berlangsungnya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain, anggota dengan anggota keseluruhan.

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah (DestriMilaSari: http://destrimila.blogspot.com/2013/03/pengertian-dinamika-kelompok.html).

Dinamika juga berarti adanya interaksi antara anggota kelompok dengan kelompoknya secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi selama ada kelompok, semangat kelompok, yang terus menerus ada dalam kelompok itu yang mana kelompok itu bersifat dinamis, artinya dapat selalu berubah dalam setiap keadaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dinamika kebudayaan adalah cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari adanya ketidakpuasan masyarakat, sehingga masyarakat berusaha mengadakan penyesuaian diri. Dengan demikian dinamika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa interaksi dan interpendensi secara timbal balik antara anggota satu dengan lainnya dalam kelompok. Dianamika kelompok berasal dari dua kata yaitu dinamika dan kelompok. Dinamika merupakan interdependensi atau interaksi antara kelompok satu dengan lainnya, dan Kelompok merupakan kumpilan individu yang saling berinteraksi serta memiliki tujuan bersama.Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Interaksi Sosial juga dapat diartikan sebagai proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan sosial.

Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan akasi, berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian  interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi salaing mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dankelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok. Gillin mengartikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana yang menyangkut hubungan antarandividu, individu dan kelompok  antau antar kelompok.Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana (Febrian Ardiansa dan Agung Setiawan: https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan-dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/).

Jadi dinamika hubungan masyarakat merupakan interaksi sosial yang terjadi antara anggota kelompok masyarakat yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada kemapanan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku. Dalam dinamika hubungan masyarakat terjadi proses penyesuaian norma-norma struktur sosial pada rangkaian peristiwa secara kausal dari gagasan dan aspirasi tertentu yang melahirkan keputusan bertindak menuju arah perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat akibat dinamika hubungan, yaitu kontak atau keterkaitan gerak yang terjadi antar fungsi masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat.

Beberapa pengetian dinamika kelompok menurut para ahli, yaitu:

1.    Jacobs, Harvill dan Manson (Rusmana, tt:1), bahwa dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok

2.    Benyamin B Wolman (Rusmana, tt:2), bahwa dinamika kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok

3.    Santoso (2009), Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.

Jika kelompok itu mempunyai ciri yang sama dengan konsep masyarakat, maka yang dimaksud dengan dinamika masyarakat adalah keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Dinamika hubungan masyarakat secara sosiologis adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dalam sosiologi (Anisa Fitri, 2016), dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitan antara dinamika sosial dengan interaksi sosial adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik secara progresif ataupun retrogresif.

Faktor penyebab terjadinya dinamika hubungan masyarakat adalah terdiri dari faktor internal dan ekternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat, seperti penemuan-penemuan baru (inovasi),  gagasan-gagasan atau ide baru, adanya teknologi baru dalam masyarakat, konflik antar kelompok dalam masyarakat, munculnya pemberontakan atau gerakan sosial, terjadinya perubahan jumlah penduduk. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat, seperti perubahan lingkungan alam atau bencana alam, terjadinya peperangan, dan adanya pengaruh masuknya kebudayaan luar/asing.

Ada beberapa teori dari para ahli tentang dinamika sosial dalam kehidupan masyarakat, diantaranya adalah:

a. Teori evolusi (evolutionary theory).

Teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Dhurkeim dan Ferdinand Tonnies. Dhurkeim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Sedangakan Tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat yang sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yamg memiliki hubungan yang terspesialisasi dan impersonali. Artinya dengan adanya perubahan sosial membuat masyarakat menjadi lebih individual dan sifat kemasyarakatannya semakin berkurang. Ini dapat dilihat pada masyarakat perkotaan.

b. Teori konflik (conflict theory).

Teori konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. Ia yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat.

c. Teori fungsionalis (Functionalist Theory).

Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat. Konsep kejutan budaya (Kultural Lag) dari William Ogburn berusaha menjelaskan perubahn sosial dalam kerangka fungsionalis ini. Menurutnya, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur lainnya tidak secepat itu, sehingga tertinggal di belakang. Ketertinggalan ini meyebabkan kesenjangan sosial dan budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat. Kesenjangan ini menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat.

d. Teori Siklis (Cyclical Theory).

Teori ini menganggap bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang-orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban tidak dapat dielakkan dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan. Oswald Spengler mengemukakan bahwa setiap masyarakat berkembang melalui 4 (empat) tahap perkembangan seperti pertumbuhan manusia, yaitu: Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Beliau merasa bahwa masyarakat barat telah mencapai masa kejayannya pada masa dewasa yaitu selama jaman pencerahan pada abad XVIII. Sejak saat itu tidak terelakkan lagi peradaban barat mulai mengalami kemunduran ke masa tua.

Adapun fungsi dinamika hubungan masyarakat (kelompok sosial) antara lain adalah:

1.    Membuat anggota masyarakat menjalin kerjasama saling mendukung dalam mengatasi masalah kehidupan. Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya)dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley, bahwa: kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna” (Ardiansa dan Agung Setiawan: https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-dan-dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/).

2.    Memberikan kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan, karena masing-masing anggota memiliki motivasi untuk menghasilkan keuntungan;

3.    Mengurangi beban pekerjaan dan ditemukannya solusi dalam memecahkan masalah pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat, efisien dan efektif. Salah satunya dengan membagi pekerjaan yang besar menyesuaikan bagian kelompoknya pada masing-masing (sesuai keahlian).

4.    Menciptakan iklim yang demokratis di dalam kehidupan bermasyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, serta mempunyai peran yang sama di dalam masyarakat.

Dalam konsep perubahan (Abdul Syani, 2018) menjelaskan bahwa peluang terjadinya dinamika hubungan masyarakat menuju kearah perubahan akan semakin besar dikala masyarakat lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru (faktor ekstern) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa depan.  Faktor-faktor ekstern diterima segagai pengganti tradisi yang dirasakan tidak cukup memuaskan itu. Menurut Heraklitos, tidak ada suatu keadaan atau pristiwa apa pun juga  dalam alam ini yang abadi adanya, semuanya terlibat dalam proses kejadian. segala sesuatu bergerak dan berubah, kesemuanya ini berlangsung dalam serba bertentangan: dari hidup terjadi mati, dari mati timbulah hidup, dari tidur kita bangun, dari bangun kita tidur, dari yang tua timbulah yang muda, dari yang  muda timbulah yang tua, begitulah seterusnya sehinga sesuatu itu sesungguhnya selalu dalam proses berkelanjutan (Fuad Hassan, 1977). Jadi, segala sesuatu yang timbul dalam kehidupan ini selalu mengalami perubahan, ibarat arus sungai yang airnyasetiap saat mengalir dan selalu berubah-ubah.

 

Perubahan-perubahan itu dapat menguntungkan bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial dengan menghapus kekeliruan-kekeliruan lama, meskipun masih bersandarkan pada kebebasan manusia dalam bertindak, lantaran  belum ada norma-norma sosial yang mengaturnya. Artinya kebebasan subjektif belum dapat  dikendalikan oleh kekuatan- kekuatan tertentu yang lahir dari pergaulan hidup manusia itu sendiri. Berbagai kepentingan individu dan kelompok (masyarakat) yang senantiasa berkembang, adalah faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan sikap perilaku sebagai strategi untuk mencapai kepentingan-kepentingannya itu. Masa-masa semacam ini sekarang banyak sudah terlampaui, paling tidak masalah-masalah yang ada hubungannya dengan dinamika perilaku manusia kedalam hubungan masyarakat yang tergolong dalam lingkup kajian ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi.

Dalam website Resmi Pemerintah Babupaten Buleleng tentang Peranan Humas dalam Keterbukaan Informasi Publik (https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/peran-humas-dalam-keterbukaan-informasi-publik-78)) membuka dialog, melakukan komunikasi persuasif, dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan Humas merupakan “is a must”. Kata kunci dari hubungan dua arah ini adalah informasi dan komunikasi.Keterbukaan informasi publik merupakan langkah strategis dalam mengawal dan mewujudkan tata kelola negara yang bersih, profesional dan berwibawa, serta mengembangan tatanan masyarakat informasi yang sehat. Dengan demikian, humas peran tidak hanya sebagai corong lembaga semata, akan tetapi ia juga menjadi media komunikatif yang menghubungkan lembaga dan masyarakat, sehingga menghasilkan timbal-balik yang positif dan saling menguntungkan.Dinamika perubahan menuntut Humas pemerintah lebih adaptif atas perkembangan global, regional maupun nasional.

 

Profesi humas adalah profesi terbuka, yang dapat diakses oleh siapapun yang memiliki kompetensi. Untuk itu, mempersiapkan praktisi humas pemerintah yang berwawasan luas kini bukan semata tuntutan, tapi kebutuhan. Sebagai garda terdepan dalam penyampaian informasi kepada publik, humas memiliki peranan yang cukup penting dalam pengimplementasian undang-undang tersebut.  Terlebih lagi undang-undang ini mewajibkan setiap badan publik untuk menjamin tersedianya informasi publik yang terbuka untuk public  dan dapat diakses secara cepat, tepat waktu, biaya ringan dan dengan cara sederhana dandengan adanya undang-undang keterbukaan informasi publik, humas dituntut bisa bekerja profesional. Terutama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, tentang kegiatan apa yang dilakukan pemerintah, baik melalui dokumentasi internal maupun penyampaikan ke publik melalui media.

 

Menurut Abdul Syani (1987), bahwa diamika hubungan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat.  Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup terhadap perubahan dan statislantaran khawatir atau takut kalau stabilitas kehidupan masyarakatnya akan terganggu.  Akan tetapi, pada kondisi tertentu dinamika hubungan masyarakat tidak bisa dihindari, sehingga terjadi perubahan-perubahan, terutama jika keadaan sekarang dianggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi.  Terjadinya ketidakpuasan terhadap keadaan sekarang disebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan teknologi yang ada sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan masyarakat, atau karena dianggap tidak mampu memenuhi berbagai kepentingan yang semakin kompleks dan serba tidak terbatas.  Dalam kondisi demikian, cepat atau lambat masyarakat akan berubah, mereka akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara mengganti nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi lama menjadi nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang dianggap dapat memenuhi tuntutan hidup sekarang dan masa depan keturunannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar