Sabtu, 02 Juli 2022

ADAPTASI SEBAGAI INSTRUMEN TEKNOLOGI SOSIAL

 

Adaftasi (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, strategi penyesaian diri terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku)

 

Adaptasi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan lingkungan, khususnya kemampuan penyesuaian kepribadian dan sikap individual dengan kondisi nilai dan norma sosial budaya yang berlaku dalam lingkungan masyarakat di mana ia tinggal. Dalam proses adaptasi terjadi adanya perubahan bentuk luar atau dalam kepribadian seseorang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya.

 

Dalam adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, di mana seseorang diterima dalam pergaulan di lingkungannya itu. Teknologi adaptasi dimaksudkan agar dapat mempermudah proses interaksi sosial dalam hubungan masyarakat, sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui interaksi itu dapat dilakukan dengan mudah dan menghemat energi. Dalam kondisi yang berbahaya jika harus bertaruh dengan mempersandingkan kekuasaan di tengah-tengah bangunan kehdupan masyarakat sederhana. Oleh karena itu dalam tuntunan teknologi sosial perlu melakukan penyesuaian diri dengan prinsip sosio-kultural setempat agar tujuan mengungkap keterbelakangan masyarakat sederhana dapat dicapai sebagai instrumen pembangunan kesejahteraan masa depan.

 

Pendapat lain mengatakan bahwa adaptasi adalah salah satu kemampuan yang dimiliki oleh makhluk hidup baik itu, hewan, tumbuhan dan manusia untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Kemampuan tersebut dilakukan dalam rangka untuk bisa terus mempertahankan dirinya untuk tetap bisa hidup.adaptasi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup dimana mereka tinggal. Adaptasi ini diperlukan oleh makhluk hidup dibumi, karena setiap lingkungan dibumi memiliki karakteristik sendiri. Misalkan dikutub suhunya sangat dingin serta banyak terdapat air sedangkan sebaliknya di daerah gurun suhunya panas, gersang, dan sulit untuk mendapatkan air (https://sainsfo). 

 

Selain kemampuan untuk bertahan hidup dengan lingkungannya, adaptasi juga diketahui sebagai salah satu cara yang sering dilakukan oleh seseorang sebagai makhluk hidup untuk mampu mengatasi segala tekanan yang berasal dari lingkungan sosialnya dengan tujuan yang sama untuk bertahan hidup. Oleh karena itu ditempat tertentu seseorang dituntut harus mampu menyeseuaikan diri dengan karakter lingkungannya yang berbeda. Sebagai manusia yang memiliki kemampuan berpikir untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan sosialnya, artinya berguna untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya atas kemauannya sendiri. Masyarakat adat perbukitan di Liwa Lampung Barat yang konon dulu rawan gempa, membuat rumah dengan arsitektur panggung dengan bahan kayu. Tiang-tiang utamanya tidak ditanam dalam tanah atau tidak menggunakan pondasi beton, melainkan menggunakan batu sebagai tempat peletakan tiang-tiang tersebut. Kebiasaan ini terjadi karena agar pada waktu terjadi gempa, rumah atau bangunan tidak rusak atau patah, melainkan bergeser dari batu tatakan tiang. Untuk mengembalikannya pada posisi semula, cuma dengan sesakaian (tolong menolong) dengan masyarakat sekitar diangkat bersama-sama.

 

Menurut Mustafa Fahmi (https://sharep), bahwa istilah adaptasi sama artinya dengan penyesuaian, di mana hidup manusia dari lahir sampai mati adalah sebuah penyesuaian diri. Dalam penyesuaian diri, dapat ditemui banyak karakteristik yang membentuk kepribadian seseorang. Tentu saja banyak perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap individu. Tugas kita disini adalah bagaimana kita dapat menyesuaikan diri dan masuk ke dunia yang dipenuhi berbagai perbedaan itu. Dalam psikologi klinis, sering ditemui pernyataan para ahli yang menyebutkan bahwa “Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri.” Kelainan-kelainan kepribadian seseorang itu sering dikenal dengan sebutan “maladjustment” yang artinya tidak ada penyesuaian atau tidak mampu menyesuaikan diri.

 

Pada dasarnya maladjustment tersebut terjadi pada setiap individu. Namun, pada sebagian orang, maladjustment tersebut keras dan menetap sehingga dapat menghancurkan dan mengganggu kehidupan yang efektif. Dalam melakukan penyesuaian diri, seseorang mempunyai cara dan sifat masing-masing. Ada sebagian orang menyesuaiakan diri terhadap lingkungan sosial tempat ia hidup dengan sukses; sebagian lainnya tidak sanggup melakukannya. Bisa jadi, mereka mempunyai kebiasaan yang tidak serasi untuk berperilaku demikian, sehinggga menghambat penyesuaian diri sosial baginya atau dapat juga dikatakan, orang tersebut gagal dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 

Mustafa Fahmi  kemudian memberi contoh tentang mahasiswa baru pada perguruan tinggi harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya yang baru. Mereka jelas berbeda latar belakang, suku, bahkan agama. Oleh karena itu upaya pentingan yang harus dilakukan adalah bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru itu. Menyatukan berbagai perbedaan dengan tujuan yang sama. Ketika dalam proses ini, ada pula konflik dalam jiwa masing-masing. Konflik antara penyesuaian diri dengan lingkungan dan pembentukan pribadi dalam menyikapi segala sesuatunya yang berbeda ketika hanya menjadi seorang siswa. Tapi ada juga sebagian dari mereka yang gagal dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya, sehingga mereka menjauhi dan menghindari mahasiswa lain, atau mungkin mempunyai permusuhan terhadap yang lain, sehingga mereka selalu dalam keadaan cemas dan tidak tenang.

 

Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa penyesuaian adalah “Suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan” (Fahmi, 1977).W.A. Gerungan dalam buku Psikologi Sosial-nya, menjelaskan bahwa: menyesuaikan diri dalam artiluas, berarti kemampuan seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya yang pasif, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang aktif, dimana kita memengaruhi lingkungan (Gerungan, 1983).

 

Sementara itu, James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella memberikan definisi yang lebih plastis mengenai penyesuaian diri ini. Dikatakan, “Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda” (Calhoun dan Acocella, 1990). Menurut pandangan mereka, ketiga faktor itu secara konstan mempengaruhi Anda. Diri Anda sendiri adalah jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada Anda: tubuh Anda, perilaku Anda, dan pemikiran serta perasaan Andaadalah sesuatu yang Anda hadapi setiap detik. Adapun orang lain, menurut Calhoun dan Acocella, jelas bahwa mereka berpengaruh besar pada kita, sebagaimana kita juga berpengarh besar terhadap mereka. Sama juga, dunia kita, penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi kita saat kita menyelesaikan urusan kita, memengaruhi kita, dan kita memengaruhi mereka.

 

Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri itu intinya adalah “Kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungan”. Lingkungan di sini adalah semua pengaruh terhadap seorang individu yang dapat mempengaruhi kegiatannya untuk mencapai ketenangan jiwa dan raga dalam kehidupan. Lingkungan tersebut terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu :

 

1.  Lingkungan Alamiah

Adalah alam luar dan semua yang melingkungi individu yang vital dan alami, seperti pakaian, tempat tinggal, makanan, dan sebagainya.

2.  Lingkungan Sosial dan Kebudayaan

Adalah masyarakat di mana individu itu hidup, termasuk anggota-anggotanya, adat kebiasaannya, dan peraturan yang mengatur hubungan masing-masing individu antara satu sama lain.

3.  Diri (the self)

Tempat individu harus mampu berhubungan dengannya dan seyogianya mempelajari: bagaimana cara mengaturnya, menguasainya, dan mengendalikan keinginan serta tuntutannya apabila tuntutan dan keinginan tersebut tidak patut atau tidak masuk akal.

 

Bentuk-bentuk penyesuaian diri itu dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok, yaitu adaptive dan yang adjustive (Gunarsa, 1981).

 

1.    Adaptive, yaitu bentuk penyesuaian diri ini sering dikenal dengan istilah adaptasi. Penyesuaian ini lebih bersifat badani yang artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Berkeringat ataupun berpakaian tebal merupakan juga bentuk penyesuaian terhadap lingkungan. Darwin (dalam ilmu biologi) mengamati bahwa spesies yang mampu bertahan adalah yang mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan mereka. Hal ini sudah diperdebatkan bahwa manusia akhirnya yang akan mendominasi planet karena manusia adalah yang paling mampu beradaptasi dengan mengkhususkan pada organ yang tidak khususotak (Gladstone , 1994).

2.    Adjustive, yaitu penyesuaian yang menyangkut kehidupan psikis adalah sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive. Penyesuaian ini merupakan penyesuaian diri tingkah laku terhadap aturan-aturan atau norma-norma yang ada pada lingkungan tersebut. Dengan kata lain, penyesuaian terhadap norma-norma. Contohnya, kita turut bersedih apabila ada kerabat atau tetangga kita yang meninggal dunia, Wajah duka kita pun sebagai tanda dalam menyesuaikan diri terhadap suasana sedih tersebut.

 

Kecuali itu penyesuaian diri memiliki beberapa aspek, yaitu:

 

1.    Penyesuaian pribadi, yaitu merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Dia mampu menyadari siapa dirinya yang sebenarnya, kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak secara obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Penyesuaian ini dikatakan berhasil apabila tidak adanya rasa benci,kecewa dan adanya rasa tanggung jawab. Tidak pernah mengeluh, cemas, khawatir atau kegoncangan dalam dirinya.

2.    Penyesuaian sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain, maka kemudian lahir suatu kebudayaan, aturan, hukum, dan nilai-nilai sosial yang berlaku, yang harus dipatuhi bersama dan untuk kepentingan bersama. Penyesuaian sosial berarti merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan tempat tinggalnya, keluarga, teman dan masyarakat luas pada umumnya.

 

Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa betapa pentingnya melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar. Kemampuan menyesuaikan diri itu dibentuk oleh kebudayaan setiap individu. Karena jelas, setiap individu berbeda dan mempunyai identitas masing-masing dalam kehidupannya. Ketika seseorang berada dalam sebuah kelompok, maka ia harus melakukan penyesuaian diri dengan kebiasaan dan etika pergaualn yang berlakau dalam kelompok itu. Oleh karena itu hendaknya setiap orang mengenal dirinya sendiri, sebagai salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik. Di samping harus menyesuaikan hidupnya sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan dan melindungi diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

 

Ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam proses penyesuaian diri pada individu (Fahmi, 1977), diantaranya :

 

a.   Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi

b.   Hendaknya ada kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak

c.   Hendaknya dapat menerima dirinya

d.   Kelincahan

e.   Penyesuaian dan persesuaian

 

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia dan perlu dilakukan. Namun, harus diakui bahwa proses penyesuaian diri itu tidak mudah: pertama, banyak kesulitan penyesuaian diri bersumber pada diri sendiri. Kedua, pengaruh-pengaruh yang  ikut membentuk kepribadian. Ketiga, usaha-usaha untuk memenuhi keperluan dalam dan tuntutan luar dari lingkungan itu harus sesuai dengan tujuan hidup sendiri.

 

Menurut sumber: (www.referensibeb), tujuan makhluk hidup beradaptasi adalah untuk  mempertahankan hidupnya. Adaptasi sendiri adalah kemampuan dari makhluk hidup untuk menyesuaikan keadaan dirinya dengan lingkungan tempat hidupnya. Setiap makhluk hidup harusnya menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya karena mereka akan menghabiskan banyak hidup mereka di tempat tersebut.

 

Scheneiders (1964) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (good adjusment), yaitu

 

1.        Pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri dan orang lain,

2.        Obyektivitas dan penerimaan sosial, 

3.        Pengendalian diri dan perkembangan diri, 

4.        Tujuan dan arah yang jelas, 

5.        Perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai, 

6.        Rasa humor 

7.        Rasa tanggung jawab sosial, 

8.        Kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain, 

9.        Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,

10.    Perkembangan kebiasaan yang baik, 

11.    Adaptabilitas, kepuasan dalam  bekerja dan bermain, 

12.    dan orientasi yang menandai terhadap realitas sosial.


Syamsu Yusuf (2000) menyatakan penyesuaian yang sehat sebagai berikut: 

 

1.        Mampu menilai diri secara realistik, yaitu mampu menilai diri sebgaimana adanya, baik kelebihan maupun kelemahan.

2.        Mampu menilai situasi secara realistik, yaitu mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan secara realistik dan mampu menerimanya secara wajar. 

3.        Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, yaitu beraksi secara rasional. 

4.        Menerima tanggung jawab, yaitu memiliki keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapi. 

5.        Kemandirian, yaitu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya. 

6.        Dapat mengontrol emosi, yaitu merasa aman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif. 

7.        Berorientasi tujuan, yaitu mampu merumuskan tujuan berdasarkan pertimbangan secara matang, tidak atas paksaan dari orang lain.   

8.        Berorientasi keluar, yaitu bersifat respek, empati terhadap orang lain, mempunyai kepedulian terhadap situasi, masalah-masalah lingkungan.

9.        Penerimaan sosial, dinilai positif oleh orang lain, berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sifat bersahabat. 

10.    Memiliki filsafat hidup, yaitu mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama.

11.    Berbahagia.


S
esuai dengan pendapat Syamsu Yusuf, Schneiders (1964) mengemukakan ciri penyesuaian sosial yang baik adalah sebagai berikut:

 

1.        Memiliki pengendalian diri yang tinggi dalam menghadapi situasi atau persoalan, dengan kata lain tidak menunjukan ketegangan emosi yang berlebihan.

2.        Tidak menunjukan mekanisme psikologis yang berlebihan, bertindak wajar dalam memberikan reaksi terhadap masalah dan konflik yang dihadapi. ampu mengolah pikiran dan perasaan dengan baik, sehingga menemukan cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya. 

3.        Memiliki pertimbangan rasional dan pengendalian diri, memiliki kemampuan dasar berfikir serta dapat memberikan pertimbangan terhadap tingkah laku yang diperbuat untuk mengatasi masalah yag dihadapinya. 

4.        Mampu belajar sehingga dapat mengembangkan kualitas dirinya terutama dalam bersedia belajar dari pengalaman dan memanfaatkan pengelaman tersebut dengan baik. 

5.        Mempunyai sikap realistik, objektif, dapat menilai  situasi, masalah dan kekurangan dirinya secara objektif.


Ketidakmampuan seseorang beradaptasi terhadap lingkungan sosial terlihat dari ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial serta memiliki sikap-sikap yang menolak realitas dan lingkungan sosial. seseorang yang mengalami perasan ini cenderung merasa terasing dari lingkungannya, akibatnya ia tidak mengalami kebahagiaan dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya atau keluarganya.

Pentingnya adaptasi dalam pergaulan dunia jaman sekarang ini karena telah banyak perilaku yang tidak sejalan dengan etika moral, khususnya kaum remaja. Dalam hal ini sebagai para remaja jaman sekarang yang hidup di dunia modern ini sudah semestinya dapat beradaptasi dalam lingkungan sosialnya, baik terhadap teman sebayanya maupun terhadap generasi sebelumnya, di mana banyak nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pegangan dalam mengarungi masa depannya. Sebagai contoh ketika bergaul dengan anak-anak yang mempunya sifat kurang baik, dari yang minum-minuman keras hingga yang memakai obat-obatan telarang. Sebagai orang yang memiliki etika moral seharusnya dapat menyesuaikan diri. Begitupun kaum remaja boleh bebas bergaul dengan siapa pun, tapi selalu ingat untuk menghindari hal-hal yang negatif walau pun semua godaan terlarang ada di sekelilingnya.

Penerapannya kemampuan beradaptasi dan menyikapi masalah sosial terlebih dahulu dapat diterapkan didalam keluarga yaitu anak terlebih dahulu diberi tahu tentang aturan-atuaran apa saja yang perlu ditaati dalam keluarga, setelah itu barulah anak diajari cara beradaptasi dengan keluarga. Setelah anak bisa beradaptasi dengan keluarga barulah anak diajarkan cara beradaptasi dimasyarakat dan lingkungan sekolah. Proses pembelajarannya dapat dilaksanakan dikeluarga, masyarakat, sekolah dan dimana saja. Dalam keluarga anak diajarkan cara beradaptasi dengan keluarga dan menyikapi masalah dalam keluarga; sedangkan disekolah anak bisa diajarkan cara beradaptasi dan menyikapi masalah dengan teman-teman sebayanya dimana anak sering salah paham dan bertengkar dengan temannya gara-gara masalah kecil. Sebaliknya dalam masyarakat anak diajarkan beradaptasi dan menyikapi masalah dengan masyarakat sekitar, bukan hanya dengan anak-anak seusia mereka tetapi dengan orang dewasa

Dalam terapannya sehari-hari agar manusia bisa saling berinteraksi dalam kehidupan masyarakat dimana mereka harus bisa mengerti keadaan masyarakat beserta norma-norma sosial yang harus ditaati dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini  bisa mempelajari tentang teknik sosial seseorang bertahan dalam menghadapi tekanan masyarakat, bertahan hidup, termasuk cara seseorang mencari makan dan air dalam kehidupannya (disadur dari Sumber: https://risman).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar