Kamis, 12 Mei 2016

CERITA RAKYAT LAMPUNG: SI BIATIN DAN SI RADIN



CERITA RAKYAT LAMPUNG: SI BIATIN DAN SI RADIN

Di  suatu  desa  hiduplah dua bersaudara  yang  miskin  si  Batin  (kakak)  dan  Si Radin (adik). Pada suatu saat  terlintas  dalam pikiran manusia berdua ini untuk menjadi kaya dan memiliki harta yang banyak. Kemudian terlintaslah pikiran keduanya untuk bertan­ya  kepada orang yang dianggap berilmu tinggi. Setibanya  disana kedua  kakak  beradik  ini diberi petuah dan  amalan oleh  orang tersebut  dan harus dikerjakan setiap malam, karena petunjuk  itu akan keluar pada waktu mimpi.

Sepulang mereka dari tempat orang keramat itu, langsung mengerja­kan petunjuk atau nasehat yang diberikan oleh orang tua tersebut. Siang malam mereka berdua mengamalkan ilmu itu sehingga  keduanya memperoleh petunjuk dari Yang Maha kuasa melalui mimpi Si  Batin. Dengan tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya, dan ia menduga bahwa petunjuk dalam mimpi itu adalah petunjuk dari Tuhan.

Setelah  terjaga dari tidurnya si Batin ini menceritakan  tentang mimpimya  itu, kepada adiknya (Si Radin). Sayangnya Si Batin  ini tidak tau tempat yang terdapat dalam petunjuk itu. Dalam mimpinya itu  mereka akan diberi rezeki berupa harta karun, yang  terletak pada  suatu  tempat  di dalam tanah di bawah  pohon  yang sangat besar.

Setelah  diceritakan seluruhnya oleh Si Batin, ternyata Si  Raden tahu  tempat  tersebut. Sebelum mereka berangkat  mencarinya,  Si Radin  berjanji  dengan kakaknya, bahwa  mereka  akan  membaginya dengan adil. Setelah mereka menggali tiba-tiba alat mereka  ter­sentuh suatu benda keras. Bukan main senang mereka berdua tatkala menemukan sebuah batu emas yang besar.

Setelah menemukan harta karun tiba-tiba Si Batin berubah pikiran, yaitu  ingin  memiliki sendiri, maka ia  berkata  kepada  adiknya bahwa  menurut  mimpinya masih ada lagi harta  karun  yang belum digali.  Oleh  karena itu harta yang baru  ditemukan  untuk  saya semua.  Adiknya menjawab, mengapa begitu?  kita  sudah  berjanji bahwa apa saja yang kita temukan, barangnya tetap kita membaginya dengan  adil,  tiba-tiba kau berkata demikian.  Tetapi  si  Batin tetap memaksakan kehendaknya. Bukan main pedih hatinya si  Radin, tetapi apa hendak dikata tak berani melawan kakak sendiri.

Akhirnya  Si  Batin yang memiliki emas yang berlimpah  ruah  itu, menjadi  kaya  raya seketika, ia hidup senang,  segala  keperluan rumah  tangganya cukup. Tetapi akhirnya ia lupa  bahwa  emas-emas yang ia miliki itu, seharusnya diberikannya juga kepada  masyarakat  kampung  untuk keperluan sosial, sebab  kampung  itu  banyak orang-orang yang melarat.

Masyarakat  melihat  tingkah lakunya seperti  itu,  semakin  lama semakin benci. Akhirnya mereka sepakat dengan tua-tua kampung dan kepala-kepala  suku untuk membunuh si Batin ini, sebab  ia  tidak mau  tahu dengan keadaan sekelilingnya. Kelemahan si  Batin  kini telah mereka ketahui, yaitu Tahan kulitnya akan hilang jika  kena getah Kaghbang (sejenis kayu yang mempunyai getah pulut). Setelah terjadi peperangan Si Batin akhirnya terbunuh.

Pada suatu ketika isteri almarhum Si Batin ini mempunyai kesempa­tan  untuk berkirim surat dengan adiknya yang  sedang  mengembara menjadi  petani  ikan, di hilir sungai, surat  itu  ditulis  pada kulit  kayu, yang isinya mengharapkan kedatangan adiknya ke  kam­pung  karena kakaknya telah dibunuh orang kampung serta  hartanya telah mereka rampas, kemudian surat itu dihanyutkan di sungai.

Keluarga  si  Raden bersiasat dengan mengadakan pesta  besar  dan mengundang berbagai pihak yang diketahui terlibat dalam  pembunu­han  kakaknya.  Terhadap makanan atau hidangan  dalam  pesta  itu dicampurkan racun yang mematikan.

Setelah orang-orang yang diundang itu selesai makan, maka  banyak yang  pening kepalanya, bahkan ada yang langsung pingsan dan  tak lama matilah semua orang-orang yang pernah membunuh kakaknya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar