Kamis, 12 Mei 2016

CERITA RAKYAT LAMPUNG: SEKH DAPUR



SEKH DAPUR

Sekitar  tahun 1600 M, ada sebuah desa di ujung  selatan  Kampung Rajabasa  Kalianda. Tiap-tiap kampung diatur oleh kaum  penjajah. Ada  masalah  yang  sangat berbeda dengan  kerukunan  itu,  yakni asalah  mencari jodoh. Setiap anak orang yang  berpangkat  harus dijodohkan dengan anak orang yang berpangkat pula. Tidak jauh dari kampung ada sebuah kampung Prabang. Disini  ting­gal  seorang bujang yaitu Raden Sukat. Raden Sukat  telah  memadu kasih  dengan  seorang  gadis yakni Raden  Gayung.  Mereka  telah berjanji untuk bertunangan. Namun dijawab oleh orang tuanya, mana mungkin orang si gadis menerimanya, karena mereka tidak  memiliki apa-apa.  Tapi Raden Sukat memaksakan ayahnya untuk  menyampaikan maksudnya.

Keesokan harinya kedua orang tua Raden Sukat pergi ke rumah Raden Guyung, yang kaya raya itu. Setibanya mereka dipersilahkan duduk, orang  tua Raden Sukat menyampaikan maksud dan  tujuannya,  yaitu untuk  melamar  Raden Guyung untuk dijadikan  isteri.  Orang  tua Raden  Guyung tidak menyetujui rencana itu. Mendengar ucapan  itu kedua orang tua Raden Sukat mohon diri kembali kerumah.

Sesampai  di rumah Raden Sukat telah menunggu kabar berita  kedua orang tuanya. Akan tetapi melihat roman muka kedua orang  tuannya Raden  Sukat  tidak bergairah untuk  hidup,  karena  satu-satunya tambatan  hati Raden Sukat ialah Raden Guyung. Begitu juga  Raden Guyung,  ia  merasa sedih. Maka Raden Guyung mencari  jalan,  apa yang harus ditempuh agar dapat menemui Raden Sukat.

Raden  Sukat  telah bertekad bulat untuk  pergi  setelah  memohon restu  kedua  orang  tuanya, ia berangkat  menuju  puncak  gunung Rajabasa.  Dimana  ia bertemu dengan seorang lelaki  tua.  Disana Raden  Sukat diberi pelajaran mengenai ilmu-ilmu  dengan  syarat-syarat,  tidak boleh meninggalkan sembahyang lima waktu,  dan  ia diperintahkan untuk bertapa selama sembilan bulan.

Setelah genap waktu yang ditentukan, Tuan Sech Balung mengizinkan Raden  Sukat  kembali ke kampung halamannya dengan  membawa  ilmu yang didapatnya. Raden Guyung yang telah lama ditinggal, menanti-nanti tidak ada beritanya, selama itu pula Raden Guyung tidak mau menerima pemuda lain, yang menurut ayahnya cocok untuknya.

Raden Sukat datang ke kampungnya, saat itu penduduk sedang menga­lami  kekacauan  yang tidak dapat diatasai.  Raden  Sukat  dengan langkah  pasti, menuju rumah Raden Guyung. Sedangkan Raden  Sukat masuk  rumah tersebut melewati dapur, dan menantang semua  rakyat yang berani melangsungkan perkawinan dengan Raden Guyung.  Rakyat yang  mengetahui bahwa yang untung adalah Raden  Sukat,  semuanya tidak ada yang berani berkutik.

Dengan  demikian orang tua Raden Guyung tidak dapat berbuat  apa-apa  kecuali  menyetujui Raden Sukat  menyunting  Raden  Guyung. Semenjak itu Raden Sukat berganti nama menjadi Sech Dapur, karena tanpa  setahu  orang banyak, ia tiba-tiba sudah berada  di  rumah Raden Guyung, yakni masuk dari dapur.

Catatan:
Dalam  persi lain diceritakan bahwa pada waktu cinta Raden  Sukat ditolak,  lalu ia membawa sakit hatinya pergi ke Gunung  Krakatau dengan membawa perlengkapan, khususnya khayoh (periuk). Di Gunung Krakatau ini ia tinggal bertahun-tahun, yang sampai pada akhirnya ia kesal, lalu memukul periuknya sampai meledak, sehingga  Gunung krakatau inipun meledak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar