Selasa, 19 April 2016

BEBERAPA CONTOH MEMANG ATAU MANTRA YANG PERNAH MELEKAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT LAMPUNG



BEBERAPA CONTOH MEMANG ATAU MANTRA
YANG PERNAH MELEKAT DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT LAMPUNG
Oleh: Abdul Syani


1.  Memmang untuk menyembuhkan penyakit (dialek api Kalianda):

Jalak punai, jalak khayoh,                          Jalak punai (burung), kerak periuk          
Kacak munyai, naken bayoh.                     Lebih baik sembuh, dari pada bengkak        
Peh... tawakh..!                                          (peh..disembur), hilanglah penyakit!      
                                                                      
Badan makhing, muloh munyai,                  Badan sakit, kembali sembuh              
Kenyuwohan hati, muloh wakhas.              Kebencian hati, kembali waras            
                                                                       
Gatolni timbul, goh lalakni cabik                Gatalnya jelatang, seperti pedasnya cabe
Lebon lijung, tanyut di hangkikhat              Hilang pergi, hanyut di alam tak nyata
                                                                 (lenyap)                        

2.  Memang pada waktu di tangah khalayak (dialek nyow):

Jang kejakjeng, Seribu sattep,                    Duduk-duduk, dari seluruh yang duduk,
Nyak sayan sai mejeng                               Saya sendiri yang duduk,               
di lem mato atei Nabi Muhammad.             Menjadi pusat perhatian (karena kagum)
umat Nabi Muhammad
  
3. Memang (mantra) dalam bercocok-tanam (dialek nyow):
 
Nyak ngittarken nikeu lapah,                     Saya mengantarkan engkau pergi,    
Unut jamomeu sai ramik.                           Carilah temanmu yang ramai (banyak)

Maksudnya:  agar bibit yang ditanam dapat tumbuh dan berbuah melimpah ruah

Secara umum memmang tumbuh dalam kehidupan masyarakat Lampung  di latar belakangi oleh adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang berhubungan  dengan kepercayaan dan keyakinan yang  dianut.  Tumbuhnya  keyakinan ini karena adanya pengalaman  masyarakat dalam keberhasilannya  dalam  mencapai  kepentingan tertentu melalui bantuan  memmang secara terus menerus.  Misalnya,  dalam  proses pengobatan darurat terhadap tubuh yang bengkak akibat  benturan, biasanya masyarakat serta merta meniupnya. Agar tiupan itu  lebih mujarap,  maka  diucapkan kata-kata atau  doa kesembuhan  dengan keyakinan yang mendalam.

Oleh karena begitu percayanya sipenderi­ta semakin tersugesti, sehingga ada perasaan bahwa dirinya  sudah berobat dan akan sembuh. Dalam jangka satu atau dua hari  dirasa­kan  penyakit semakin berangsur sembuh, sehingga  pada  akhirnya tumbuhlah  kepercayaan bahwa memmang tersebut cukup  ampuh.  Pada persoalan yang sama pada waktu yang lain sepanjang masa cara-cara pengobatan memmang ini dipakai secara turun temurun sampai  batas tradisi belum terkoyak oleh tumbuhnya pengalaman dan  pengetahuan baru  yang rasional, maka selama itu pula memmang  masih  berlaku dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Dapat  ditarik suatu asumsi bahwa memmang atau mantra dapat  ber­fungsi sebagai unsur pendorong atau pengbangkit perasaan  percaya diri,  menimbulkan  perasaan aman dan ketenangan  atas  ancaman bahaya atau penyakit, ada kepercayaan mantra mengandung kekuatan gaib  yang  dapat mengusir roh-roh halus  dan  dapat mengalahkan kekuatan alam. Memmang atau mantra biasanya banyak digunakan oleh para pawang, penganut ilmu-ilmu gaib, para dukun, dan para pimpinan tradisional pada umumnya. Orang-orang yang diketahui memiliki kemampuan dalam bermantra, maka ia kemudian disebut sebagai orang pintar, mbah dukun atau paranormal.

2 komentar:

  1. Kemiling galung tesetik di duakha
    Buok ku gilang gilung pudakku bukan bakha

    BalasHapus