Senin, 23 September 2019

PENGERTIAN TEKNOLOGI SOSIAL

Oleh: Abdul Syani

Techne artinya seni (art) atau cara, logos artinya pengetahuan atau wacana ilmiah dan
sosial artinya hidup bersama. Dengan demikian dapat didefinisikan sbg keseluruhan cara
dan upaya dg menjalin hubungan sosial (kehidupan bersama) yg berkualitas untuk
memperoleh kenyamanan, keamanan, kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.
Latar belakang yang mendasari teknologi sosial adalah sosiologi terapan untuk
menghasilkan warga Negara yang memiliki pengetahuan keterampilan sosiologis yang
memadai dlm membuat perencanaan sosial, kebijakan, keputusan-keputusan sosial,
tindakan-tindakan praktis aspiratif sebagai upaya menangani isu-isu sosial mutakhir dan
resolusi masalah-masalah krusial dalam masyarakat.


Karakteristik jelajah program teknologi sosial diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan sosial (Social skill) dalam mengidentifikasi masalah-masalah sosial
(setempat) yang memiliki kegunaan, kepentingan dan dampak.
2. Penggunaan sumberdaya sosial (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari
informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan dalam mencari unsur-unsur sosial yang dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemahaman sains dan teknologi kehidupan masyarakat, bukan sekedar konsepkonsep sosial abstrak, melainkan desain sosial konkrit yg dapat menggunakan utk
memecahkan masalah.
5. Penekanan pada kesadaran sosial yang berkaitan dengan terapan adaptif cara
berperilaku dlm kehidupan bersama yg dapat diterima sbg kepentingan dlm
bekerjasama sesuai dg karakteristik sains dan teknologi.
6. Sumber daya humas mempunyai peran strategis dlm upaya mengendalikan isu dan
pmecahan masalah sosia yg timbul sbg dampak perubahan.
7. Menggali unsur-unsur sains dan teknologi sosial yang berkaitan dg potensi
kecerdasan sosial yg dapat berfungsi sbg prinsip hidup dalam menciptakan dan
memelihara kerukunan hubungan bersama di tengah-tengah kemajemukan sosial
budaya masyarakat.
8. Berdamai bejalar dari masyarakat.
 

Penggunaan istilah teknologi (technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200
tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan
biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian seni terapan. Istilah ini seringkali
dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di Institut Teknologi Massachusetts (didirikan pada tahun 1861). Istilah technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring
dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technology berubah pada
permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh Thorstein
Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman, Technik, menjadi
technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir di
antara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa Inggris, karena
kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology.
 

Pada dasawarsa 1930-an, technology tidak hanya merujuk pada pengkajian seni-seni
industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri. Pada tahun 1937, seorang sosiolog
Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology includes all tools, machines, utensils,
weapons, instruments, housing, clothing, communicating and transporting devices and
the skills by which we produce and use them ("teknologi meliputi semua alat, mesin,
aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan
pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu").
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun bukan benda
yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan, dan pemikiran untuk mencapai suatu
nilai. Dalam penggunaan pengertian ini, berarti teknologi merujuk pada alat, dan mesin
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Ia adalah
istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti linggis
atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti stasiun luar angkasa atau
pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual,
seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi ini.
Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam
konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara
untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki,
menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan; ia meliputi
metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika
dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia
merujuk pada keadaan pengetahuan, dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing.
"Technology state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada
teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.
 

Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah
kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni
untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Sebuah contoh modern adalah
bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama
manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru;
bangkitnya budayadunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer.
Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat
juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat seperti
pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa ilmu dan rekayasa,
yang masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras teknologis
(https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi).
 

Dalam pengertian eksakta, teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam
menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan
api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda
telah membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka.
Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan
Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua
teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur yang
semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.
Dalam kehidupan masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi dan telah
memberi peluang kemudahan bagi masyarakat dalam prose produksinya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan teknologi manusia dapat memperkecil atau
bahkan menghilangkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, dan terhindar dari
terkurasnya tenaga pisik dan sumber daya alam yang merugikan. Dalam hal ini berarti
penerapan teknologi dapat memengaruhi nilaidan etika perilaku masyarakat menjadi lebih
efisiensi dalam konteks produktivitas manusia. Akan tetapi keadaan ini dalam sistem
hubungan sosial dapat mengakibatkan terkucilnya manusia, terutama jika tidak didukung
oleh pemahaman bahwa kemajuan yang berkesinambungan dan menguntungan itu
niscaya melalui transhumanisme dan tekno-progresivisme.
 

Sedangkan dalam pengertian sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat, manusia pun
disebut sebagai makhluk sosial karena tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan
interaksi sosial dengan orang lain. Untuk itu perlu dibagikan informasi mengenai
pengertian sosial menurut para ahli beserta definisi dan unsur-unsur sosial secara umum.
Dalam kaitannya dengan ilmu sosial, Aikenhead (Alit 1994) memberikan batasan society
is the social milieu. Society merupakan lingkungan pergaulan sosial serta kaidah-kaidah
yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Menurut Ryan (Alit 1994), bahwa
pengaruh sains dan teknologi terhadap masyarakat (society), adalah tanggung jawab
sosial, kontribusi terhadap keputusan sosial. Membentuk (mengawal, mengendalikan)
masalah sosial, menyelesaikan masalah praktis dan sosial, serta kontribusi terhadap
ekonomi, militer, dan berpikir sosial. Terdapat banyak definisi sosial yang dikenal luas
dan sering dikemukakan oleh banyak pakar dan peneliti baik dari Indonesia atau luar
negeri. Selain itu definisi sosial juga bisa dilihat di KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pengertian dan definisi sosial
menurut para ahli beserta ciri-ciri sosial.


Pengertian sosial merupakan segala perilaku manusia yang menggambarkan hubungan
nonindividualis. Istilah tersebut sering disandingkan dengan cabang-cabang kehidupan
manusia dan masyarakat di manapun. Pengertian sosial ini merujuk pada hubunganhubungan manusia dalam kemasyarakatan, hubungan antar manusia, hubungan manusia
dengan kelompok, serta hubungan manusia dengan organisasi untuk mengembangkan
dirinya. Pengertian sosial berhubungan dengan jargon yang menyatakan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial. Setiap manusia memang tidak bisa hidup sendirian.
Seseorang membutuhkan orang lain untuk mendukung hidupnya. Dukungan ini bukan
hanya berarti bantuan, namun dukungan ini berarti juga jaminan seseorang untuk
mengembangkan dirinya. Manusia yang bersosialisasi kurang baik dengan seseorang
lainnya akan menjadi pribadi yang tidak berkembang sempurna.
 

Pengertian sosial tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, karena memang
diarahkan pada seluk beluk kehidupan manusia bersama kelompok di sekitarnya. Istilah
ini juga dapat diabstraksikan ke dalam perkembangan-perkembangan kehidupan manusia,
lengkap dengan dinamika serta masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.
Pengertian sosial memaknai persinggungan antarmanusia, yang kemudian disebut
interaksi. Interaksi ini dimulai sejak manusia memiliki hubungan kontrapsikis maupun
kontrafisik dengan orang-orang di sekitarnya. Sekecil apapun bentuk kontrafisik dan
kontrapsikis yang dihasilkan, jika memunculkan singgungan atau reaksi secara sosial,
misal pengungkapan kata terhadap lawan sosial, sudah berarti interaksi. Hanya bentuknya
interaksi sederhana, karena berlangsung secara singkat.
 

Dalam kehidupan sosial, manusia berkembang melalui reaksi kelompok, yaitu kontak
atau saling persinggungan antara individu dengan individu lainnya dalam lingkup
kelompok tertentu. Reaksi kelompok ini secara sederhana dapat diistilahkan sebagai
lingkungan pergaulan, dari mulai pertemanan, persahabatan, ikatan kekerabatan, hingga
hubungan persaudaraan. Hubungan-hubungan tersebut berkembang dalam lingkup
kehidupan manusia dalam suatu ruang gerak yang dinamai masyarakat. Dalam pengertian
sosial, masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok-kelompok yang memiliki
kebudayaan teratur dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan, serta kepentingan para
anggotanya. Masyarakat dalam pengertian sosial muncul karena adanya individu-individu
yang memiliki kepentingan di dalam suatu lingkungan untuk memenuhi dan melengkapi
kebutuhannya. Untuk mendapatkan keinginannya secara sempurna, individu-individu itu
menetap di satu kawasan dalam waktu yang cukup lama sehingga melahirkan kebudayaan
khusus. Kebudayaan ini kemudian membentuk pola-pola kehidupan tertentu yang teratur
dari waktu ke waktu dalam kehidupan masyarakat setempat.
 

Talcott Parson menyatakan, bahwa dalam keberlangsungan masyarakat ada yang disebut
sebagai sistem-sistem sosial, yakni seluruh tindakkan sosial yang dilakukan oleh para
anggotanya untuk tetap mempertahankan keutuhan masyarakat tersebut. Para anggota
masyarakat di satu kawasan akan sepenuhnya melindungi lingkungannya, dari ancaman
apapun yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup mereka. Sistem sosial ini tidak
dapat dilepaskan dari unsur kepentingan anggotanya yang kemudian disosialisasikan
secara meluas demi persamaan pandangan. Bahkan jika telah membentuk sebagai sebuah
kebudayaan, kepentingan ini akan diwariskan secara turun temurun. Sistem yang
dimaksud bukan sekadar ikatan keluarga atau ikatan pertemanan saja. Sistem dalam
pengertian sosial ialah hal-hal yang disepakati oleh sekelompok masyarakat untuk
melindungi keberlangsungannya. Hal-hal itu yang mengikat hubungan manusia dalam
masyarakat, di luar respon-respon yang muncul secara alami dalam sebuah interaksi
sosial.


Spencer beranggapan bahwa masyarakat dapat dianalogikan sebagai organisma yang
terdiri dari bagian-bagian terpenting yang memiliki ketergantungan satu sama lain
sehingga, jika salah satu bagian saja tidak berfungsi, maka akan sangat mungkin
mengganggu fungsi lainnya. Sistem yang dimaksudkan dalam pengertian sosial ialah
suatu perangkat peran sosial yang berinteraksi satu sama lainnya, atau interaksi yang
dialami kelompok-kelompok sosial yang memiliki nilai, norma, dan tujuan yang sama.
Dalam keberlangsungannya sistem sosial melibatkan unsur-unsur, seperti pranata, norma,
dan hukum, baik hukum adat maupun hukum publik.
 

Kemudian Parson mendefinisikan sistem sosial sebagai proses-proses interaksi yang
dilakukan oleh para anggota masyarakat atau dalam istilah ilmu sosial disebut dengan
pelaku sosial (actor). Ada pula yang disebut dengan struktur sistem sosial yang berarti
struktur relasi yang terbentuk di antara para pelaku interaksi, diistilahkan jaringan
relasi.Dalam konteks pranata disebut juga sebagai institusi, yaitu serangkaian aturan yang
memberikan batas-batas norma pada aktivitas kelompok. Pranata sosial dijelaskan dalam
norma-norma yang kita kenal, seperti norma agama, kesopanan, kebiasaan,
kesusilaan, hukum, dan sosial.
 

Dalam kehidupan masyarakat terdapat nilai-nilai sosial yang merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan kesepakatan masyarakat atas kepantasan, baik sikap
perilaku, maupun dalam penampilan busana atau penggunaan simbol-simbol tertentu.
Nilai ini disosialisasikan secara turun-temurun, diwariskan oleh masyarakat dalam satu
lingkungan kebudayaan tentang sesuatu yang boleh ataupun dilarang dilakukan. Dalam
kehidupan masyarakat tertentu, sifat nilai lebih longgar atau tidak terlalu ketat. Jika ada
pelanggarnya hanya diberikan sanksi sosial sedarhana berupa gunjingan berbisik yang
dalam waktu lama dapat membuat perubahan bagi pelakunya.
 

Ada beberapa pendapat ahli tentang teknologi sosial, pembangunan hubungan masyarakat
atau instrumen kesejahteraan sosial. Semua pemahamanan tehnologi sosial ini pada
prinsipnya berkaitan dengan strategi dalam upaya menciptakan harmonisasi kehidupan
kelompok sosial. khususnya persatuan, kebersamaan dan kerjasama dalam meningkatkan
kesejahtaraan sosial bersama, tanpa selisih dan konflik. Apabila hal ini terus terjadi dan
tidak ada usaha untuk mengubah situasi tersebut menjadi lebih baik maka dapat
dipastikan bahwa kehidupan bermasyarakat menjadi tidak tentram, yang kuat akan
berkuasa, yang pandai akan menguasai yang bodoh dan yang kaya akan menguasai yang
miskin. Tidak akan ada lagi demokrasi di masyarakat dan ketentraman hidup yang
didambakan akan sirna. Norma mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi
diri sendiri dan sesama (Chang, 2001a).
Kecuali itu teknologi sosial dimaksudkan untuk:


a. Menyadarkan Manusia untuk Menciptakan Keseimbangan, Keserasian dan
Keharmonisan dalam Hidup Bermasyarakat. Dengan melihat bahwa manusia
belum sepenuhnya mengikuti akan sistem norma yang telah ada dalam
masyarakat, kesadaran sosial sangat berperan penting dalam situasi seperti ini.
Apabila manusia tidak ada usaha untuk menjalankan norma-norma yang ada,
kehidupan masyarakat pun tidak tertib, tidak seimbang dan bahkan tidak
harmonis. Oleh karena itu, semua anggota masyarakat baik yang kuat, lemah,
kaya, atau pun miskin dituntut untuk meningkatkan kesadaran sosial sehingga
ketentraman dan pembebasan akan terwujud di masyarakat (Freire, 1972).
Manusia harus mempunyai kesadaran untuk memahami setiap perbedaan yang
ada, sehingga perbedaan-perbedaan itu bukan menjadi penghancur dalam
masyarakat tetapi sebaliknya sebagai motivasi seluruh anggota masyarakat untuk
membangun kesatuan yang lebih kuat.
b. Menyadarkan Manusia akan Status dan Perannya. Adanya kesadaran bahwa
dalam memenuhi kebutuhan hidup harus memperhatikan beberapa aspek di
masyarakat sehingga tidak menimbulkan benturan kepentingan dan peran.
Manusia harus menyadari bahwa masing-masing individu melaksanakan status
dan peran yang disandangnya dengan penuh tanggungjawab serta memperhatikan
kaidah yang berlaku. Dengan menyadari bahwa ada status dan peran akan timbul
rasa kebersamaan, dan dapat saling membantu satu sama lainnya (Chang, 2001a).
c. Memberi Pandangan dalam Mengambil Sikap untuk Mengatasi Permasalahan
Sosial
 

Kesadaran sosial bukanlah suatu hal yang ekstrim, melainkan sebagai hasil belajar
dari pemahaman tentang keadaan sosial yang ada. Kesadaran sosial berperan
membawa seseorang pada suatu pengambilan sikap dalam mengatasi keadaan
yang ada dalam kehidupan bermasyarakat pada zamannya. Tidak hanya sampai
disitu kesadaran sosial juga berperan membawa seseorang untuk berani
mengambil tindakan untuk melawan unsur yang menindas (Freire, 1972).
Berkaitan dengan definisi teknologi sosial, Gresham & Reschly (Gimpel dan Merrell,
1998) mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:


1) Perilaku Interpersonal. Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut
keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut
dengan keterampilan menjalin persahabatan.
2) Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri. Perilaku ini merupakan ciri dari
seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:
keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol
kemarahan dan sebagainya,
3) Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis. Perilaku ini
berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti:
mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
4) Penerimaan Teman Sebaya. Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai
keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya,
karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang
dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan
tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
5) Keterampilan Berkomunikasi. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin
hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap
lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.
 

Dalam konsep Community Depelopment, dijelaskan bahwa teknologi sosial itu
merupakan cara masyarakat dalam usaha mandiri untuk memperbaiki kondisi sosial,
ekonomi dan kulturalnya dengan mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan yang
lebih luas dan mendorong kontribusi yang lebih optimal demi suatu kemajuan. Bagi pihak
agen pembangunan, teknologi sosial merupakan strategi yang diperuntukkan bagi usaha
membantu pembangunan kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dan terbelenggu
dengan keyakinan-keyakinan yang irrasional. Melalui pendekatan unsur-unsur sosial
termasuk ikatan-ikatan emosional yang mengandung keterampilan sosial dari nilai
kearifan lokal, maka dapat memperpendek jarak antara peradaban tradisional dengan
sikap-sikap rasional menuju kearah perubahan harapan. Dalam hal ini kemajuan
komunitas luar dapat dijadikan contoh nyata kepada masyarakat setempat untuk
membantu mereka dalam mempercepat proses perubahan dan pembaruan guna mengejar
ketertinggalan. Menurut Davies (Soetomo, 2006), bahwa elemen-elemen yang ada dalam
komunitas itu adalah lokalitas, hubungan emosional, keterlibatan sosial, kohesi sosial dan
kepentingan bersama. Dalam kehidupan bersama itu elemen-elemen tersebut menjadi
pendorong tumbuhnya jaringan sosial dalam komunitas yang dibangun, baik melalui
interaksi dan relasi sosial yang bersifat formal maupun informal. Jaringan sosial ini
mempunyai kapasitas untuk mendorong tindakan individual ataupu tindakan kolektif
dalam menghadapi berbagai persoalan yang tumbuh akibat kurang terampil dalam
partisipasi menjawab tuntutan masa depan
 

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial, menurut Eisler dkk.
(L’Abate & Milan, 1985) adalah: orang yang berani berbicara, memberi pertimbangan
yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara
lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang lain, tidak mudah
menyerah, menuntut hubungan timbal balik, serta lebih terbuka dalam mengekspresikan
dirinya. Sementara Philips (L’Abate & Milan, 1985) menyatakan ciri-ciri individu yang
memiliki keterampilan sosial meliputi: proaktif, prososial, saling memberi dan menerima
secara seimbang (http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/ 2183092-ciri-ciriketerampilan-sosial/#ixzz2AqsginNX).


Dengan berbasis asas keterampilan sosial tersebut, maka diharapkan masyarakat sasaran
pembangunan dapat masuk ke dalam jaringan kohesi interaksi, relasi sosial dan ikatan
sosial secara argumentatif dengan emosi dan dan kesadaran sebagai upaya untuk tujuan
memenuhi kepentingan hidup bersama. Keterampilan sosial ini kemudian akan tumbuh
menjadi energi sosial yang kuat untuk dapat mendorong lahirnya tindakan bersama untuk
meningkatkan kondisi kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Keterampilan sosial ini
dapat juga disebut sebagai modal sosial atau kapital sosial, yaitu nila-nilai dan normanorma informal yang dimiliki bersama diantara anggota masyarakat sebagai dasar
kerjasama yang mempunyai potensi dalam upaya pembangunan kehidupan sosial
ekonomi itu. Dalam hal ini syarat penting yang dipegang sebagai acuan adalah nilai
kejujuran dan saling percaya diantara anggota masyarakat sehingga dalam proses
kerjasama dalam perjuangan menuju kesejahteraan sosial mereka dapat dicapai secara
efektif dan efisien. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar