RINGGET
Ringget adalah salah satu bentuk sastra lisan Lampung
yang sering dipergunakan dalam upacara pelepasan mempelai wanita,
pengantar musyawarah adat, atau pelengkap acara
cangget. Isinya secara umum berupa kenangan masa lalu, harapan, atau
pesan-pesan kehidupan. Jika ringget digunakan dalam upacara
pelepasan mempelai wanita, pengungkapannya dilakukan sesaat sebelum
keberangkatan.
Contoh Ringget: Peradu Muli Kanjeng Ibu Merittah - BUMIAGUNG (Bukukjadi)
di-ibal ulun anjak Kutobumi Ilir-PINENG NGERABUNG SANGGAR
Tanggal, 16 November 1978
1. Parib sikam
segala Maaf saya sampaikan
Dikuti segeri umpu Kepada
semua cucu
Kemaman tanjar
Bapak Bapak bersama Paman
Kelepah serta
mehani Saudara laki-laki dan perempuan
Jemelek munih kelama Termasuk
semua kelamo
Sappunan rumpun lebu Demikian
pula dengan lebu
Bapakku passi Lima Semua
bapak dalam paksi lima
Laju dibidang suku Terus
semua yang patut di kampung
2. Panas kebian
sina Pada hari ini
Nyak diitarko segala kuti Saya
diantarkan/dilepas semua orang kampung
Tujuan siwa miga Menuju
kebuaiyan Abung Siwo Migo
Unyai suro menanti tepatnya
buwai Unyai
Lapahku nunjul berita Perjalanan
saya jadi bahan berita
Kejureman kelama lebu Atas
persetujuan kelamo dan lebew
Bindangan kak
nyehaja mufakat yang pasti
Nyak mittar anjak titi Saya
jalan sesuai dengan aturan/kebiasaan)
3. Lamun Kinandi
gila Lamunan ini pilihan/niat saya
Mak kung tigoh dipepadu Belum
sampai difikir secara dalam
Sedokku mak sepira Pengetahuan
saya belum berarti
Nyak dilom pihaman kuti Saya
masih dalam perhatian semua
Anying ana
cita-cita Kalaupun ini cita-cita/jadi permohonan
Sanak haruk nyundang laku Anak
yatim membuat/bersikap
Api cawa sai tuha Apa yang dikatakan para orang tua
Kak sina pedoman hati itulah
pedoman hati
4. Ki ngitung
rita-rita Andaikan cita-ciata/harapan
Tala sayup kerungu Suara
tabuhan sayup terdengar
Anying rasaku bangga Perasaan
saya menjadi bangga
Ya hina dandan kuwari Karena
itu memang kebiasaan kita
5. Kususun jari
lima Saya tutup muka dengan telapak tangan
Nyak appun tikkah laku Saya
mohon ampun atas perilaku
Ya sanak laju sai tuha Dari
anak sampai tua
Sambut ucap pesiri Terimalah
ucapan dan perasaan hati ini
Nyak mahap nglaim pura Saya
mohon maaf kepad sumuanya
Ngapura sambut pungu Terimalah
tangan saya/mohon maaf saya
Jak timbai sappai gatta Dari
dulu sampai sekarang
Kattu wak teselok dihati Kiranya
ada perasaan dihati
6. Ana kutting
ngissi perada Itu tanda perasaan saya secara
Sang lambung pupasang tippu adat/agama Dari
hati saya yang sangat dalam
Pak likor rial nyata Dua
puluh empat rial nyata
Teninggalku dikuti Telah
saya serahkan
Kerbau kerai ana ya Kerbau
besar itu tandanya
Tali cindai jikkau pitu Cindai pengikatnya
tujuh
Tenambang di kaju
ara langkah panjangnya terikat di kayu ara
Pemakai kuti
passi Pakaian semua paksi
7. Ki dulah
segala pusaka Semua pusaka
Penyapuk bidang suku Pegangan
semua suku
Anjung tatah
perada Ruang berhias perada/emas
Serta tabuh gegili Serta
bunyi (suara tabuhan)
Pengejuk kak kuterima Pemberian
telah saya terima
Ya jadi anggunanku Akan
menjadi pegangan hidup
Hangguk mak semarana Senangnya
bukan kepalang
Tanda tunjang Bukujadi Sebagai
simbol dari Bukujadi
8. Rena munih
perbia Begitulah/demikian pula perlengkapan
Tumpak kabet dipenaku Disimpan diatas loteng
Keragoman ram
secita Kebiasaan kita semua
Lamun mak jadi hati Jangan
menjadi sesalan/perkataan
Sejjar wat dinah mata Sekadar
dilihat mata/menjadi kenangan
Yana jadi
kelippu Itu jadi pegangan
Guwai seranja nata Karena buatan pendahulu
Petigohanku dudi natti Setelah
saya sampai tujuan
9. Payung sai di
kayu ara Payung yang tertancap di kayu aro
Jadi ko jejang katahu Jadikan
sumber inspirasi
Jukko di bidang miga Serahkan
dengan semua marga
Jemelok
sai ngatteni gawi Karena mereka yang
memeriahkan acara
Yana gila amalan tuha Itu
adalah kebiasaan lama
Angguan goh keluhu Seperti
mengucapkan surat al-ihlas
Jadi petanda citta Pemantapan
jiwa
Bidang jaman ram kuwari Setiap
waktu kita berbuat/melaksanakan acara
peminangan/adat
10. Kerabat meranai
sudara Seluruh keluarga besar
Kuti muli puariku Khususnya
para bujang dan gadis
Liwak ram kebian
sina Berpisah kita mulai sekarang
Wattu tunggu induh wacci Entah
kapan kita dapat berjumpa
Salamku jari lima Selamat
tinggal saudara
Teda ko ram semehayu Ingatlah
kita di pagi hari
Nyak appun sekalian
dusa Saya
mohon ampun semua dosa
Dang nyamok dilom hati Jangan
menyimpan dendam
11. Ragom kuti nyehaja Ramai
kita bergembira sambil bekerja
Angkat junjung didiriku Bekerja bergotong royong untuk diri saya
Jak pilangan tigoh
di rata Dari cangget
pilangan (persiapan sampai selesai)
Mandi kesudan munih
diattoni Sampai-sampai mandipun saya ditemani
Sakai kuti mak lupa
Bantuan
anda tidak akan saya lupakan
Kucatat dilom kalbu Selalu saya catat di dalam hati
Sembayan harop neda Kerelaan hati anda telah jelas
Ki-kak wattu ngekali Mudah-mudahan saya dapat membalas
12. Betik munih
dibitta Baik juga diingatan
Ana nagau tebuku Itu
ada tanda terima kasih saya
Kerbau sai arung kelama Seekor
kerbau untuk kalian
Keris sai aguk
mehani Keris/puduk untuk saudara laki-laki
Seperakkat kawai tuha Seperangkat
pakaian kebesaran
Ya cawa arung lebu Disampaikan
kepada lebbu
Sinjang cucuk
serba Sarung bagus serba indah
Upah tuha aguk Mami Kuserahkan
sebagai tanda terimakasih kepada ibu
13. Keris sai ana
ya Keris yang ada disana
Paruan urang kubu Penggunanya
orang kubu
Ingunan kambas
yana Peliharaan semua kita
Aguk kemaman sai tebunyi Untuk
paman yang setia
Patut jadi serana Wajib
jadi alat
Tutuk munih penganggu Termasuk
yang harus pelihara
Tepakai unggal masa Karena
dipakai/digunakan
Petindan balin titi sepanjang
masa Tandanya silih berganti
14. Muli meranai
mak lupa Bujang gadis jangan lupa
Kerbau sai halom bulu Kerbau
yang hitam bulunya
Tukkah raccing setangga Tanduk
runcing dan setangkai bunga
Kelekir ni gelang
ghuwi Buhulnya gelang duri
Pengubangan ni talam salaka Pembasuhnya
talam suasa
Tali ni cindai ungu Tali
cindai berwarna ungu
Penambangan linggis tuha Tempat
pengikat linggis pusaka
Warisan Bukukjadi Warisan
Bukukjadi
15. Pemuluan sapa
nerima Penggantian siapa yang menerima
Baju sai, sulang lakbu Baju
yang dibuat sengaja
Kepiah sinjang
tuha Songkok dan sarung tua/pusaka
Aguk bapak patudan jadi Diterimakan
dengan ayah sebagai tanda jadi
Nyak ridu ulahku di-ya Saya
bingung bagaimana caranya
Lamun mak jadi semu Bila
tak jadi, sayang......
Dandan kuti jadi
pah'la Kerjaan semua jadi pahala
Sai nerima yak kak kari Yang
menerima sudah ada
16. Kutengok munih
dirasa Saya juga menimbang rasa
Kuti penuha
penglaku Semuanya sudah lanjut usia
Tigoh d'ngicilko duara Sampai
merapihkan kain maduara
Anjak di ngatur
gawi Dari menata gawi
Susah payah kuterima Susah
payah saya mengerti
Anying apa dayaku Namun
apa daya
Ana
belacu nom ila Itu ada kain putih enam
meter
Tanda mak rusak tuwi Tanda
saya ingat/memperhatikan
17. Telesan
ginggang tuha Kain basahan sudah lama
digunakan
Akkit kuti adikku Ambillah
adik-adikku
Amani rik soeraya Amani
dan Soraya (dua orang adiknya)
Jamukko dilom peti Simpanlah
didalam peti
Mandi kesudan kas berita Tempat
mandi hanya tinggal berita
Guna jadi pengganggu Gunakan
dengan baik
Sina teladan suri pecitta Itu
adalah suri teladan
Mak lucuk ngakang tali Tidak
akan rusak/putus bila diikat
18. Punggawa
Jeragan saka Panglima memang ikutan sejak dulu
Galung-gabai
mak lekot talu Memang menjadi pujaan
Nguta anggar Beraja Nata Pagar diri si Braja nata (nama Nguta anggar
Beraja
Nata pahlawan)
Mak kicom ki ulah bani Tidak
perlu takut kalau benar
Ngemulan Batin
nyusun bicara Ngemulan batin (nama orang) menata bicara
Alah tappang, kacak ketahu Paras
baik, bicara pandai
Anggar tepaccun jadi ketara Tiang
dipotong jelas tampaknya
Bedani wawai uri Perdamaian
baik urusannya
19. Ngepang bunga
jenaga Menjaga bunga mekar
Tukuh biring tebuan kelabu Dari
isapan madu kumbang/tawon
Singa Dawan cecom kemala Singa
dawan siap berjaga
Sai nyamukko tetung
taji Karena
ia menyembuyikan taji
Unggal jaman senabung juga Setiap
waktu selalu diadu
Ceca ni sangun radu Namanya
sudah disediakan
Alah bupadan, Ubas kelana Kalah
berunding, baru terpikirkan
Besapon di paccung gawi Bersiap di ujung gawi
20. Semampi bunyi
tala Sayup sayup suara talo (gong besar)
Gusar nyalubung hatiku Was-was persaan hati
Sesok napas nyusor dada Sesak napas di dada
Irai luk ku mehili Tersendat darahku mengalir mengingat
Mama-Duli-Maharaja Ibu,
kakak perempuan, laki-laki (panggilan)
Datuk perdana umpuku Datuk perdana (nama orang) cucuku
Lepaskan nyak iringi du'a Lepaskan
(berangkatkan) saya dengan iringan do'a
Tuah rawan k'kalau tebiti Semoga
saya berbahagia atas petunjuknya
21. Ratu passi sambungan
nyawa Ratu
paksi penerus generasi
Nama keponakan penyimbang
(tutur/panggilan) pada istri
Kanjeng sumbahan tumpuanku Kanjeng
sembahan harapanku
Wattu suku tigoh getika Waktu suku sampai disini
Rila ko nyak balin titi Relakan
saya beralih cara
Ki ngitung mak pisah rasa Walaupun
tidak ada perasaan berpisah
Tedos haruk, nakenku Tegar
yatim, keponakanku
Ujian segala gippa Itu
semua adalah ujian
Ulohku di Maha Suci Kembalikan kepada allah yang suci
22. Umi junjungan
rik mama Ibu (keminan dari ibu) dan mak
Unyin kemaman
samapi umpu Semua paman dan cucu
Makwanku Ratu lama Ibu
(keminan dari ayah) juluk Ratu lama
Umi Tah sai dilom bumi Ibu ratu merittah, semua yang hadir
Susah payah rigi keciwa Susah
payah campur kecewa
Anjak mula
ke-upianku Semenjak saya dilahirkan
Unyin ni kilu suka Semuanya
mohon direlakan
Tececom ku-usung
mati Semuanya ku ingat sampai mati
23. Yaa Allah,
Tuhan Rabbana Ya Allah Tuhan
yang mulia
Sai nunda badan
kaku Yang membuat badan kaku/tak berdaya
Kiyai-Papa kak mena Kakak,
ayah sudah meninggal
Mak nengan di nyak lagi Tidak
sempat menyaksikan saya
Tanggohku mak wat pira Pesan
saya tidak banyak
Api lebih anjak keluhu Tiada
lebih dari ucapan qulhu (Al-ihlas)
Telunggu ko di pusaka Diucapkan
diatas makam
Selawat tutuk ngaji Selawat disertai mengaji/membaca alqur'an
24. Minak Aja Sutan
Kuasa Paman Suttan Kuasa
Sutan Penatih, ayahku Suttan
Penatih, ayahku
Sikam appun sekalian dusa Saya
mohon ampun semua dosa
Anjak pina sappai natti Dari
dulu sampai sekarang
Haropku mak nad bela Harapan
saya terus/selalu ada
Jungaw sikam unggal wattu Silahturahmi
sya setiap waktu
Anggopku gatti
papa karena meraka ganti ayah
Ngan ngulangko teda hati Tempat
mengadukan segala nasib
25. Siji puput ni
cawa Selesailah semua tangguhan
Ngeharop tuwah kuku Mengharapkan
nasib terselip dikuku
Sedok tawai kak tebata Petuah
dan didikan
Kak jadi pengisi diri telah dimengerti
Sabungan ram kak bela Pekerjaan
kita sudah selesai
Sanggar penaccung radu Tanda/simbol
sudah dipahami
Kanduk telu, mai kidah Selendang
tiga warna, berikan dengan saya
Pakai ko di nyak lagi Pasangkan
ditubuh saya
Tanjungkarang, 13 November 1978
Digubah dan dibabarkan oleh:
Pengiran Hoofd Marga gelar sekarang Umpuan Hoofd Marga
Terbanggi Balak
Contoh bentuk lain Ringget "Malang bagian"
(malang nasib) dalam dialek api:
Beringin di sebekhang, Beringin
di seberang
Nyepakhak helau gakhimbung, Segar
indah dan rimbun
Ngejuttai di pinggekh wai, Berjuntai
di tepi sungai
Tebitta nasib malang,
Terkenang nasib malang
Miwang tugok di jattung, Menangis
sampai di jantung
Tuhan gawoh sai pandai. Tuhan
saja yang tahu
Ngegulung asok cakak, Begulung-gulung
asap naik
Apui nganik kayu di ghanglaya, Api makan kayu di jalan
Uttung mak nutung kebun, Untung
tidak membakar kebun
Waktu ditinggal ko Apak, Ketika
ditinggalkan ayah
Appai tetawai lalang, Baru
belajar tertawa
Khettine lagi hujau. Artinya
masih mentah
Hinalah sai ti tekhak, Itulah
jalan yang di lewati
Anjak sanak tugok tuha, Sejak
kecil hingga dewasa
Senang mawat sekali, Senang
belum pernah dialami
Sinjang sakhak tambalan. Sarung
robek tambalan
Tambal epak lima, Sudah
banyak tambalannya
Warna ni khadu mak lagi. Warnanya
sudah hilang
Ngeliak ulun sai bakhih, Melihat
orang yang lain
Khani manom khik mawas, Sore
hari dan siang
Lapah mak napak tanoh, Berjalan
tidak memijak tanah
Kham tingal mapah dagu, Kita
hanya bisa melamun
Luh gugokh gemekhabas, Air
mata jatuh menetes
Lamunan kesokh jawoh. Lamunan
tambah mendalam
Waktu nyappokh sai khamik, Ketika
campur bergaul
Api daya uwah ni lepang,
Apa dayanya buah timun
Lamun lawan dekhiyan, Jika
berlawanan dengan durian
Bagian kham di pinggekh, Bagian
kita di pinggir
Ibarat ijan gakhang, Ibarat
anak tangga dapur
Mata sai di bah tegalan, Anak
tangga yang paling bawah
Cawa tiyan sai tuha, Kata
mereka yang tua
Dang putuk penghakhopan, Jangan
putus pengharapan
Bedu'a debi pagi, Berdoa
saore dan pagi
Mahayu nyak lapah duma, Pagi
saya ke ladang
Maklum ana upahan, Maklum
menjadi buruh
Bekusi netok jami, Memotong
kayu dan merumput
Tebitta nyepok katca, Teringat
mencari kawan
Sai dapok jama mupakat, Yang
biasa diajak mufakat
Kippak dawah debingi, Walau
siang dan malam
Sasakh masangko pinja, Selalu
memasang jerat
Kik bekas juga mawat, Jerat
tersentuh pun tidak
Api lagi aga massa. Apalagi
akan mendapat
Wai Putih ngikhih-kikhih, Sungai
Seputih terus mengalir
Wai Andak kenahan batu, sungai
putih batunya nampak
Sekappung kena bendung, Sungai
Sekampung kena bendung
Najin wat ijah pilih, Meskipun
ada cara memilih
Telanjokh ana khadu, Tapi
sudah terlanjur
Nasib sangun mak uttung. Nasib
memang tak beruntung
Bukhoh tengah lautan, Buih
di tengah lautan
Nutuk imbusan angin, Mengikuti
hembusan angin
Khena do diriku ji, Begitulah
diriku ini
Najin miwang kebiyan, Meskipun
menangis seharian
Kah mawat dapok balin, Tidak
mungkin dapat berubah
Gelik luh mak beguna. Habis
air mata tiada berguna
Segala macom tetekha'an, Segala
macam pengalaman
Kucawa ko di sapa, Kukatakan
kepada siapa
Kattu mak gegoh pilih, Kalau
tak sama pilihan
Cukup pai tigok dija, Cukup
dulu hingga di sini
Cerita gelik tak ja, Cerita
habis di sini
Mahap terima kasih. Ma'af
dan terima kasih
Amanat dari puisi malang nasib ini apa kak?
BalasHapus