CERITA RAKYAT LAMPUNG: SI BIATIN DAN SI RADIN
Di suatu desa hiduplah dua bersaudara yang
miskin si Batin (kakak) dan Si Radin (adik). Pada
suatu saat terlintas dalam pikiran manusia berdua ini untuk
menjadi kaya dan memiliki harta yang banyak. Kemudian terlintaslah pikiran keduanya untuk bertanya kepada orang
yang dianggap berilmu tinggi. Setibanya disana kedua kakak
beradik ini diberi petuah dan amalan oleh orang
tersebut dan harus dikerjakan setiap malam, karena petunjuk itu
akan keluar pada waktu mimpi.
Sepulang mereka dari tempat orang keramat itu, langsung mengerjakan
petunjuk atau nasehat yang diberikan oleh orang tua tersebut. Siang malam
mereka berdua mengamalkan ilmu itu sehingga keduanya memperoleh petunjuk
dari Yang Maha kuasa melalui mimpi Si Batin. Dengan tiba-tiba ia
terbangun dari tidurnya, dan ia menduga bahwa petunjuk dalam mimpi itu adalah
petunjuk dari Tuhan.
Setelah terjaga dari tidurnya si Batin ini menceritakan tentang
mimpimya itu, kepada adiknya (Si Radin). Sayangnya Si Batin ini
tidak tau tempat yang terdapat dalam petunjuk itu. Dalam mimpinya itu
mereka akan diberi rezeki berupa harta karun, yang terletak pada
suatu tempat di dalam tanah di bawah pohon yang
sangat besar.
Setelah diceritakan seluruhnya oleh Si Batin, ternyata Si Raden
tahu tempat tersebut. Sebelum mereka
berangkat mencarinya, Si Radin berjanji dengan
kakaknya, bahwa mereka akan membaginya dengan adil.
Setelah mereka menggali tiba-tiba alat mereka tersentuh suatu benda
keras. Bukan main senang mereka berdua tatkala menemukan sebuah batu emas yang
besar.
Setelah menemukan harta karun tiba-tiba Si Batin berubah pikiran, yaitu
ingin memiliki sendiri, maka ia berkata kepada
adiknya bahwa menurut mimpinya masih ada lagi harta
karun yang belum digali. Oleh karena itu harta yang
baru ditemukan untuk saya semua. Adiknya menjawab,
mengapa begitu? kita sudah berjanji bahwa apa saja yang kita
temukan, barangnya tetap kita membaginya dengan adil, tiba-tiba kau
berkata demikian. Tetapi si Batin tetap memaksakan
kehendaknya. Bukan main pedih hatinya si Radin, tetapi apa hendak dikata
tak berani melawan kakak sendiri.
Akhirnya Si Batin yang memiliki emas yang berlimpah ruah
itu, menjadi kaya raya seketika, ia hidup senang,
segala keperluan rumah tangganya cukup. Tetapi akhirnya ia
lupa bahwa emas-emas yang ia miliki itu, seharusnya diberikannya juga
kepada masyarakat kampung untuk keperluan sosial, sebab
kampung itu banyak orang-orang yang melarat.
Masyarakat melihat tingkah lakunya seperti itu,
semakin lama semakin benci. Akhirnya mereka sepakat dengan tua-tua
kampung dan kepala-kepala suku untuk membunuh si Batin ini, sebab
ia tidak mau tahu dengan keadaan sekelilingnya. Kelemahan si
Batin kini telah mereka ketahui, yaitu Tahan kulitnya akan hilang
jika kena getah Kaghbang (sejenis kayu yang mempunyai getah pulut).
Setelah terjadi peperangan Si Batin akhirnya terbunuh.
Pada suatu ketika isteri almarhum Si Batin ini mempunyai kesempatan
untuk berkirim surat dengan adiknya yang sedang mengembara
menjadi petani ikan, di hilir sungai, surat itu ditulis
pada kulit kayu, yang isinya mengharapkan kedatangan adiknya ke
kampung karena kakaknya telah dibunuh orang kampung serta
hartanya telah mereka rampas, kemudian surat itu dihanyutkan di sungai.
Keluarga si Raden bersiasat dengan mengadakan pesta besar
dan mengundang berbagai pihak yang diketahui terlibat dalam pembunuhan
kakaknya. Terhadap makanan atau hidangan dalam pesta
itu dicampurkan racun yang mematikan.
Setelah orang-orang yang diundang itu selesai makan, maka banyak yang
pening kepalanya, bahkan ada yang langsung pingsan dan tak lama
matilah semua orang-orang yang pernah membunuh kakaknya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar