Oleh: Abdul Syani
1. Telibak, khelom tengingok, kejung bitian (artinya: tanpa terencana lewat/ sekedar
melintas, ketemu sebentar, tapi berkesan dalam ingatan yang mendalam, panjang
terngiang dalam hati tentang harapan hidup bersama. Ikatan persaudaraan itu tidak
hanya terbatas hubungan pisik dan pandangan kasab mata, melainkan sampai pada
relung hati eratnya hubungan batiniyah, terasa selalu ingin bersama berdampingan,
ada daya tarik yang saling membutuhkan dalam bentuk kepuasan hati)
2. Lamon teliak, sai peneduh (artinya: meskipun banyak macam bentuk suatu kenyataan
hidup, dari yang menyenangkan sampai pada penderitaan hidup, dari yang indah
sampai yang paling kumuh yang terekam oleh pandangan mata, akan tetapi selalu
dikuti dengan berpikir penuh pertimbangan, jernih dan sehat / positif, sehingga
melahirkan satu paradigma / pendekatan, pandangan dan kesimpulan yang paling
mendekati kebenaran dan kebaikan. Harapannya adalah dengan satu pandangan ini
dapat terhindar dari kesalah-pahaman menjalani hidup bersama antar saudara,
sehingga dapat menumbuhkan persamaan emosi jiwa, mempermudah dan
mempercepat tercapainya keberhasilan usaha kerja bersama, yaitu kesejahteraan lahir
dan batin)
3. Sekhelom tiselom, sekekah temanggal (artinya: seperti menyelam hendak mendulang
berlian dalam lautan, semakin dalam diselam (dengan semangat yang tinggi), semakin
nampak sasaran, seolah lautan menjadi dangkal, sehingga berlianpun muncul /
terangkat keatas. Sedalam-dalamnya rahasia kehidupan ini diselami / ditelusuri, maka
sesuatu / cita-cita / harapan yang dicari akan semakin jelas / nampak, seolah di depan
mata, yang dicari seakan berbalik arah datang / hadir menampakkan diri, dan citacitapun tercapai. Dalam hidup bersama saudara, semangat mencari penghidupan baru
yang lebih baik dan dapat membangun kesejahteraan bersama secara sukarela,
senantiasan tertanam sebagai prinsip hidup, sehingga tak ada celah sedikitpun
kemungkinan masuknya benih konflik dalam tubuh persaudaraan itu. Kendatipun ada
perselisihan, segera ditelusuri secara jujur, ikhlas dan terbuka, sehingga akan
ditemukan penyebabnya, dan titik temu penyelesaian dapat dicapai)
4. Seasuk depok tesegok, tengunut tigoh tenghalu, mak ukhung kepandaian (artinya:
walaupun sangat rahasia suatu tempat bersembunyi atau disembunyikan, tapi karena
semangat bersama menelusuri / mencari dengan sungguh-sungguh / gigih dan tak
kenal menyerah, maka suatu ketika dengan ijin Tuhan upaya ini akan menemukan
hasil. Begitupun dalam hidup bersaudara tak ada rahasia diantaranya, harus sanggup
hidup bersama secara terbuka tanpa tahasia, dustapun tiada. Jika ada pasti akan
ketahuan juga, dan ini akan membawa petaka. Oleh karena itu dalam hidup bersaudara
dipastikan dan diyakini dalam hati akan selalu terbuka, tanpa rahasia agar dalam
segala usaha akan dtemukan jalan kemudahan)
5. Tenyapai najin Tetuku, Kebung Tikhai tandani simah (artinya: terttata/tersusun
rapih meskipun ruang sudut yang sempit, kain hiasan penutup dinding sebagai simbol
para penyimbang dan warga adat memiliki sikap hidup yang peduli. nampak /
diketahui sudut ruang terikat menyatu / terhubung, dikuti hiasan tirai dinding yang
bersambung. Dalam pokok sampiran kalimat perumpamaan ini terkandung makna
bahwa dalam kehidupan rumah tangga kepenyimbangan adat, hubungan persaudaraan
luas, termasuk ikatan kemuwakhian tersirat kuat dan kompak, ibarat sudut ruang yang
sempit / rumit, tapi tertata kuat dan indah. Keadaan demikian diperkuat juga dengan
ikatan keluarga yang ikhlas saling menjaga rahasia martabat dan kehormatan bersama,
ibarat penutup dinding (kebung) meski beragam warga, tapi kompak dalam yang
menunjukkan kebersamaan dengan keindahan makna semboyan yang terkandung)
6. Butawai jak pakhi hapa, linguk jak muwakhi, setiwat hengas mak beguna (artinya:
belajar dari ibarat padi tak berisi / hampa, tak peduli terhadap ikatan persaudaraan,
berarti akan menuai akibat setarik nafas tak bisa menolong [tak bisa menyelamatkan].
Begitu pentingnya memelihara ikatan / hubungan persaudaraan, karena saudarasaudara yang peduli dan ikhlaslah yang dapat membuka jalan menju keberhasilan
hidup yang sejahtera. Tanpa saudara seseorang akan kehilangan segalanya, gelap,
hampa dan kesulitan menemukan jalan penghidupan meskipun setapak)
7. Hakikat dikekhindu, muwakhi netak segala penghalang (artinya: seperti sari dari
cinta (ibarat sedang dilanda rindu, rela menerjang ombak badai demi kekasihnya),
nilai persaudaraan dapat menangkal / melenyapkan / mengikis semua aral/ rintangan /
memotong hambatan atau penghalang. Ikatan persaudaraan itu pada prinsipnya
mengandung nilai suci dan ikhlas dari hati yang dalam; pertalian saudara itu seperti
jiwa raganya sendiri yang selalu saling melindungi dan tak segan berkorban melawan /
memotong semua niat dan tindakan jahat pihak yang hendak merusak hubungan
persaudaraan)
8. Sikhok angkon muwakhi, kelom panjak, jawoh teliak (artinya: ikatan hubungan
pengakuan saudara itu sangat kuat, dapat meringankan segala beban, gelap saja
nampak, apalagi terang, jauh saja terlihat apalagi dekat. Bersaudara itu merupakan
sumber motivasi / semangat hidup yang dapat mempermudah dan mempercepat
keberhasilan semua usaha perjuangan dalam memenuhi kepentingan hidup brsama.
Dengan adanya semangat itu meskipun berat dan sulit pekerjaan yang dihadapi akan
terasa mudah)
9. Kahut dimuwakhi, butakhuh nyawa mak kisekh, mak melap dikhindos jaman
(artinya: begitu kuatnya pengakuan terhadap saudara (kahut= rasa kasih sayang
mendalam), bertaruh nyawapun sanggup / tak tak geser berubah pendirian, bahkan tak
akan melunturkan niat meskipun dilindas / diterpa pengaruh kegilaan jaman.
Meskipun banyak alternatif gelamor dan hingar bingarnya gejolak kehidupan yang
menyenangkan / menguntungkan pribadi secara duniawi, tak akan membuat seseorang
silau dan kehilangan kasih sayangnya terhadap saudara; dipastikan ada janji yang
terpatri dalam hati nurani bahwa sudara adalah harta dunia akhirat yang tak akan
lekang sampai maut memisahkan)
10. Tebiti dimuwakhi, bangik sakik jejama, ingok segala musim (artinya: terngiyang /
selalu teringat dengan saudara, merasuk emosi keiginan selalu bersama dalam senang
dan susah, selalu teringat / terkenang dengan saudara dalam segala musim [peceklik
atau panen raya]. Hubungan saudara itu ditandai adanya ikatan perasaan mendalam,
sehingga selalu saling merindukan kebersamaan; tak ada satu kondisipun yang dapat
menyebabkan terlupakan hubungan persaudaraan; meskipun dalam keadaan susah atau
dilanda musibah kemarau, banjir dan bencara yang paling dahsyat sekalipun)
11. Khagom delom muwakhi, sehati sepikekhan seguwaian, mak sebik tugok
khangkikhat (artinya: Dalam hidup bersaudara selalu kompak, satu hati, satu
pemikiran dalam pekerjaan dan terikat ikrar sehidup-semati [tak terbatas waktu dan tempat / dunia-akhirat], sehingga
tak ada rasa sakit hati antar sesama saudara. Ikatan saudara itu ditandai adanya
kekompakan dalam segala urusan, baik adat, keluarga, maupun dalam kerjasama
mencapai kesejahteraan sosial ekonomi)
12. Midang delom muwakhi, tepik senata mak tikkas, nabik tabik mulia (artinya: pada
kesempatan kumpul bersama / pertemuan antar teman/ kerabat atau acara bincangbincang, segala kehendak / kekuatan / senjata disimpan / tidak digunakan untuk
menjatuhkan, namun tetap dipegang tak terlepas (tikkas), sikap perilaku dalam acara
perkmpulan yang diutamakan / dikedepankan adalah sopan santun saling menghormati
dan memuliakan antara satu sama lainnya. Prinsip dalam segala petemuan selalu
menjaga sikap perilakunya jangan sampai menyakiti perasaan orang lain, meskipun
memiliki kelebihan, akan tetapi tetap santun dalam kesetaraan, menghormati,
menghargai, memahami pendapat orang lain, dan konsisten mendukung pendapat /
gagasan yang membela kebenaran dan kebaikan besama. Kebiasaan dalam bersikap
perilaku ini merupakan bentuk kearifan masyarakat adat untuk tetap memelihara
ikatan persaudaraan)
13. Sakuk delom muwakhi, khajuh tehadop, kakhom dang ki tanyut (artinya:
keberpihakan sangat kental dalam hubungan persaudaraan, meskipun dihadapkan laut
pasang yang dahsyat yang menhalangi, ibarat kapal karam tetap siap betahan untuk
tidak hanyut dilanda arus deras gelombang. Dalam hubungan persaudaraan memiliki
syarat kuat dari dalam hati tentang keutamaan membela saudaranya sebagaimana
memperjuangkan hak diri sendiri. Dalam ikatan hubungan persaudaraan tidak
mengenal takut, sebaliknya selalu siaga berani melawan tantangan atau ancaman dari
pihak manapun yang akan merusak hubungan persaudaraan. Di samping itu dalam
hubungan persaudaraan dalam adat Lampung selalu siaga hidup bersama saling
menyayangi. Prinsip ini merupakan strategi ampuh dalam menyelesaikan konflik atau
perselisihan, jangan sampai terjadi perpecahan, ibarat pepatah “najin kakhom dan ki
tanyut”)
14. Pujama delom muwakhi, telikut mak pujawoh, tekas mak pulipang (atinya:
kebersamaan dalam hubungan persaudaraan sangat diutamakan, meski terlepas dari
penglihatan atau sempat terlupakan karena sesuatu alasan kuat, biasanya tak berlamalama segera kembali besama (mak pujawoh=tak berjauhan) dan saling mengasihi,
meskipun dalam kondisi atau sebab tertentu antar pribadi bersaudara itu terpisah
secara pisik, namun tak mengakibatkan berubah / putus / terpisahnya (pulipang) ikatan
hubungan persaudaraan. Pada prinsipnya bahwa hubungan persaudaraan melalui
penetapan angkon muwakhi beserta sumpah janjinya itu sangat kuat, sama kuatnya
dengan hubungan saudara kandung. Dengan prinsip ini, maka dalam adat Lampung di
syaratkan selalu menghayati nilai-nilai kebersamaan, selalu memahami kedekatan
antar sesama, dan selalu berusaha bermusyawarah agar jangan sampai terpisah)
15. Tetengah tetanggah, uwah mak silau, tengedok mak kikhak [ki ikhak] (artinya:
Dalam suasana kehidupan bersama di tangah-tengah masyarakat (nengah-nyappur), di
mana nampak kemajuan jaman berupa kehidupan glamor, kemewahan dan keindahan
dunia, tapi dalam prinsip persaudaraan pantang terpengaruh / tergoda, meski disekitar
kehidupannya banyak pihak yang memiliki kekayaan yang menggiurkan, namun tak
membuat pribadi menjadi iri. Dalam kehidupan masyarakat selalu percaya diri bahwa
perbedaan status sosial ekonomi diantara saudara dan warga masyarakat merupakan
keniscayaan, oleh karenanya mereka tetap saling mendukung dan menghormati. Bagi
yang berpunya membantu yang sederhana, bagi yang kuat membantu yang lemah,
sebaliknya bagi yang sederhana tahu diri, dan yang lemah mengakui yang kuat)
16. Tengkhasa delom muwakhi, helau di sakka, tuwon penyana (artinya: Perasaan
dalam hati pada ikatan persaudaraan, selalu berprasangka baik, dan memiliki
pertimbangan / ketetapan / kepastian dalam memprediksi suatu sikap dan tindakan
orang lain. Unsur perasaan dalam hubungan persaudaraan selalu menjadi
petimbangan, jangan sampai ada diantara saudara-saudaranya tersinggung lantaran ada
sikap perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum adat. Oleh karena itu
setiap pribadi diajarkan agar selalu mengoreksi diri dan memahami perasaan dan
karakter orang lain sebelum bertindak, tujuannya adalah agar dalam segala sikap
perilaku dan kerjasama menjadi lebih mudah / sukses, di samping tidak terhambat
hanya karena terjadi ketersinggungan dan kesalah-pahaman)
17. Pakhda suka delom muwakhi, sakik mak sebik, tesinggung mak suya (artinya:
bersama-sama saling menyukai dan gembira antar sesama saudara, mesipun tersakiti
tak mengakibatkan sedih atau sakit hati, ada perasaan tersinggung dalam hati, tapi tak
menimbulkan pribadi menjaditak berkenan / kontraversi atas sikap saudaranya. Dalam
hubungan persaudaraan ada prinsip yang tertanam dalam pribadi bahwa dalam
pergaulan sepanjang masa selalu memelihara nilai-nilai kebersamaan dalam suka dan
duka, senang dan susah, sehat ataupun sakit; dalam rangkaian kronoligis pergaulan
selalu menjaga prinsip kebersamaan)
18. Citta kahaga delom muwakhi, biyak happang tenunggang, kejung khebah
tisapon [kesejahteraan hidup] (artinya: harapan dan keinginan diri dalam hubungan
persaudaraan selalu menjadi bahan pertimbangan demi kemajuan bersama, berat aau
ringan beban harus dapat dipikul / ditanggung bersama, panjang atau pendek masa
pekerjaan bersama harus dapat diselesaikan. Dalam kehidupan bersama bersaudara
didorong pleh prinsip bahwa dalam mengarungi / mensiasati upaya mencapai cita-cita
kesejahteraan harus mampu dan tidak putus asa dalam memikul beban berat, meskipun
dalam waktu yang lama betekad akan diselesaikan. Jadi cita-cita dan harapan masa
depan tentang kesejahteraan lahir dan batin yang terpatri dalam hubungan
persaudaraan itu adalah kesediaan dan kerelaan bersama dalam menanggung dan
menyelesaikan beban pekerjaan, meskipun sulit dan memakan waktu lama)
19. Tikham delom muwakhi, seanjau sesilauan (artinya: dalam hidup bersaudara itu
cirinya selalu saling rindu ingin bercerita dan bersenda gurau bersama, biasanya saling
kunjung dan melihat keberadaan masing-masing secara bergantian sesuai dengan
waktu dan kesempatan. Kerinduan hudup bersama merupakan unsur pengikat
hubungan persaudaraan, karena dengan unsur ini antar mereka yang bersaudara
terdorong untuk saling mengunjungi, sama-sama ingin mengetahui keadaan masingmasing, tentu mereka saling mendoakan agar sama-sama sehat dan panjang umur agar
selalu dapat bersama.
20. Tandani angkon, sekewatekhan, seba’an, sehuyunan (artinya: tanda-tanda dari
pengakuan dan saling mengngkat / mengukuhkan hubungan persaudaraan adalah
selalu sama-sama saling khawatir dan saling mendoakan agar selalu dalam
keselamatan, juga sama-sama saling memaklumi dan mendukung perasaan
saudaranya, oleh karena itu mereka sama-sama saling memperhatikan dan tolong
menolong untuk mencapai kebahagiaan bersama)
21. Sesakaian delom muwakhi, seitcang setawitan (artinya: tanda-tanda kuatnya ikatan
hubungan persaudaraan adalah saling tolong menolong dalam segala kegiatan /
pekerjaan, saling mengangkat terhadap saudaranya yang jatuh atau dalam kesulitan,
kemudian harus ada rasa kerelaan hati untuk seterusnya mengajak / mengarahkan
saudaranya agar dapat bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan untuk
kesejahteraan masa depan bersama)
22. Jawoh jak muwakhi, jejama selehotan seandanan (artinya: meskipun bermukim
berjauhan antar saudara, tapi sama-sama saling berkomunikasi dan dukungan tentang
keadaan masing-masing dalam setiap waktu dan kesempatan. Dalam perkembangan
kehidupan dapat membawa kemungkinan saling berjauhan status pemukiman, tapi
meskipun demikian ikatan persaudaraan justeru makin merajut kedekatan dalam
hubungan moral, kerinduan dan batiniah antar sesama. Kuatnya ikatan persaudaraan
ini ditandai oleh adanya kotunuitas saling mempertanyakan dan tukar pengalaman,
baik melalui titip salam dengan saudara-saudara, ataupun melalui media elektronik;
bahkan dalam kedekatan moral itu dapat memberi peluang untuk melakukan
pertemuan secara pisik dalam ruang dan waktu yang terncana)
23. Khusia penghukhi’an, bacak pecoh dibetong nakan khucat muwakhi (artinya:
Rahasia penghidupan dalam hubungan persaudaraan adalah harus mampu menyimpan
kuat-kuat rahasia penting bersama agar ikatan hubungan persaudaraan itu tetap
terjaga; tidak pecah / cacat / rusak atau putus berantakan berbalik menjadi saling
benci. Tapi sebaliknya sesama saudara tidak saling merahasiakan sesuatu yang
menyangkut atau mengkibatkan terbatas / terhalangnya penguatan ikatan hubungan
persaudaraan itu. Rahasia pribadi hanya tertutup untuk orang lain yang diperkirakan
dapat merusak hubungan persaudaraan jika rahasia itu dibuka)
24. Mulia kehukhi’an, bupiil bupusanggikhi (artinya: kemuliaan ikatan hubungan
persaudaraan sangat ditentukan oleh implementasi ideal dari prinsip hidup malu
berbuat tercela / salah atau tak mampu berprestasi, dan bercita-cita hidup bermartabat
dan terhormat di tengah-tengah saudara-saudaranya, juga terhadap masyarakat. Untuk
mencapai kemuliaan itu, maka seseorang harus sanggup berjuang dan bekerja dalam
jalan kebenaran dan kebaikan bagi semua pihak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar