Unsusr-unsur Teknologi Sosial Lanjutan...
33. Memperluas keterbukaan/obyektif dan memperkecil kerahasiaan
33. Memperluas keterbukaan/obyektif dan memperkecil kerahasiaan
34. Konsisten menjaga kesesuaian/keseimbangan
antara pebuatan dan pernyataan
35. Menjaga intensitas kesetiaan sosial/tdk khianat
(jika sahabat sdh khianat, berarti kejahatan dan musuh2 sdh mendekat, keamanan
sdh terancam)
36. Strategi menahan diri/menutupi perbedaan
prinsip/ketidaksukaan/kemarahan/kebencian/kontra versi, agar tidak
beselisih/konflik, dan memelihara keserasian masa depan komunitas pertemanan
(jangan terlalu keras membanting pintu, krn suatu ketika kita akan mengetuk
pintu yang sama)
37. Menjaga dampak perluasan cabang hubungan sosial
(terjadi kerenggangan intensitas hubungan soaial antara warga/anggota suatu
komunitas) Iaan sosial
38. Kesabaran sosial (kemampuan menagan ego dari
kepentingan pribadi, golongan, nepotismen)
39. Kesadaran sosial (tau diri dalam masyarakat)
40. Kesadaran individu (koreksi diri)
41. Kompak dalam kerjasama (pembagian kerja sesuai
dg keahlian, sekaligus saling mendukung dalam suau sistem)
42.
Kerelaan
(keikhlasan) ringan tangan dalam memberikan jasa2 atau bantuan sisial,
kerjasama utk kepentingan umum
43. Memelhara demokrasi sosial secara normatit (
berdasarkan aturan, teratur agar tetap relevan dengan kepentingan umum dan
tidak bebas lepas kendali)
44. Implementasi strategi pembauran sosial dan
dampak ekslusivitas sosial
45. Memelihara pola perilaku ssial/kebiasaan dalam
perubahan sosial
46. Manajemen keragaman dan keseagaman
47. Memelihara normalitas kepribadian/jati diri
(pria maskulin, wanita peminim, tak berubah jender)
48. Strategi perilaku hubungan sosial vertikal
(hubungan berstrata) dan perilaku hubungan sosial horizontal (hubungan
kesetaraan)
49. Kemampuan membaca/memahami simbol2 perilaku
sosial
50. Strategi teknis dlm perilaku kritik/saran/rekomendasi
efektif agar dapat di terima dipahami dan berguna bagi publik
51. Ketepatan dalam memprediksi gerak perubahan
sosial
52. Kemampuan menggali dan menerapkan potensi daya
serap/pemahaman terhadap harapan sosial (aspirasi masyarakat)
53. Kemampuan menjaga keseimbangan hubungan
sosial/socil equilibrium (berdua, bertiga dst. Memelhara keadilan pembagian
perhatian)
54. Berperilaku prosedural/sesuainomor antri dalam
urusan embagian jatah/quota kepentingan sosial
55. Strategi pelayanan sosial (teknis bersikap dan
berperilaku dalam memberikan tanggapan atas masalah sosial)
56. Percepatan pelayanan kepada kepentingan
masyarakat
57. Memelihara pretige sosial (menjaga
kehormatan/nama baik kelompok/komunitas atau nama besar lembaga sosial)
58. Memberikan kekebasan kpd orang lain
59. Mendukung kebenaran
60. Menghargai/menghormati martabat/status orang
lain
61. Bertindak sopan (bertata-krama)
62. Berkata jelas dan santun
63. Mampu memberi/mendoron semangat meningkatkan
volume bekerja keras
64. Memberi peluang dan solusi (tdk menghalangi)
65. Mempermudah orang lain
66. Setia dlm hidup bersama dan bekerjasama (tdk
wanprestasi dan khianat)
67. Suka menanamkan nilai2
persaudaraan/persahabatan dlm pergaulan
68. Memberikan manfaat kpd orang lain
69. Memberi teladan/panutan
70. Mampu menerima pendapat/kritik orang lain
71. Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi,
menjalin hubungan dg orang lain, Saling menghargai, mendenarkan pendapat orang
lain, bertindak sesuai dg norma yg berlaku
72. Memperluas pelayanan sosial (memperkuat relasi
dg lingkunan sosial, konseling before-After perkawinan/keluarga)
73. Meningkatkan intensitas hubungan sosial
(frekuensi, intensitas, popularitas) 146
74. Memelihara stabilitas imbalan sosial/social
reward (jangan ada hitang budi)
75. Imitasi
Imitasi merupakan suatu tindakan meniru
sikap, tingkah laku, atau penampilan orang lain. Tindakan ini pertama kali
dilakukan manusia di dalam keluarga dengan meniru kebiasaan-kebiasaan anggota
keluarga yang lain, terutama orang tuanya. Imitasi akan terus berkembang ke
lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat. Dewasa ini proses imitasi dalam
masyarakat semakin cepat dengan berkembangnya media masa, seperti televisi dan
radio. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, apabila
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
sehingga tercipta keselarasan dan keteraturan sosial.
Namun, imitasi juga dapat berpengaruh
negatif, apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang.
Akibatnya berbagai penyimpangan sosial terjadi di masyarakat yang dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Imitasi yang berlebihan dapat
melemahkan bahkan mematikan daya kreativitas manusia.
76. Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu
pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu,
sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa
berpikir secara kritis dan rasional. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima
anjuran itu tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya
pikir rasionalnya.
Sugesti umumnya dilakukan dari
orang-orang yang berwibawa, mempunyai sifat otoriter, atau kelompok mayoritas
dalam masyarakat. Selain itu juga dapat dilakukan oleh orang tua atau orang
dewasa kepada anak-anak, maupun iklan di berbagai media massa. Contohnya
seorang dokter anak yang membujuk atau memengaruhi pasiennya untuk minum obat
agar cepat sembuh.
77. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi 'sama' dengan orang lain yang
menjadi idolanya. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari imitasi dan
sugesti. Dengan identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan
orang lain, atau 'mengidentikkan' dirinya dengan orang lain. Proses
identifikasi ini tidak hanya meniru pada perilakunya saja, bahkan menerima
kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain tersebut menjadi kepercayaan dan
nilainya sendiri. Jadi, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian
seseorang.
Bagaimana identifikasi berlangsung?
Proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana seseorang yang
melakukan identifikasi benar-benar mengenal orang lain yang menjadi tokoh atau
idolanya, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui televisi).
Contohnya seorang remaja yang mengubah penampilannya, mulai dari cara
berpakaian, cara berbicara, dan model rambut sesuai dengan artis idolanya. Ia
mengidentifikasikan dirinya dengan artis tersebut.
78. Simpati
Simpati adalah perasaan 'tertarik' yang
timbul dalam diri seseorang dan kemampuan untuk merasakan diri kita seolaholah
berada dalam keadaan orang lain. Simpati bisa disampaikan kepada seseorang,
kelompok, atau institusi. Dalam simpati seseorang ikut larut merasakan apa yang
dialami, dilakukan, dan diderita oleh orang lain. Misalnya kita merasa sedih
melihat penderitaan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah gempa dan
tsunami di daerah Pangandaran, Tasikmalaya, Jawa Barat.
79. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan,
rangsangan, pengaruh yang diberikan oleh individu kepada individu lain,
sehingga individu yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang
diberikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi
juga dapat diberikan oleh individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok,
atau bahkan kelompok kepada individu. Contohnya untuk memotivasi semangat
belajar siswanya, seorang guru memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
materi yang telah disampaikan.
Dalam kontek untuk menciptakan,
memelihara dan meningkatkan hubungan sosial yang harmonis, kerumunan sosial,
kedamaian, persatuan masyarakat, dalam rangka mencapai kepuasan, ketenteraman
dan kesejahteraan lahir dan batin, makapara pembaharu agen pembangunan)
harusnya memiliki motivasi yang didukung oleh kesadaran moral, memiliki
panggilan jiwa dan mempunyai kewajiban intelektual serta rasa tanggungjawab.
Motivasi yang diberikan kepada masyarakat adalah dorongan yang dilandasi
panggilan jiwa dan dengan prinsip penegakan kebenaran, rasional, tapi dalam
praktiknya mampu menekan pamrih.
80. Solidaritas sosial
(kesetiakawanan sosial)
81. Integritas sosial
82. Loyalitas sosial
83. Mengetahui konsep-konsep Teknologi Hubungan Sosial
83. Mengetahui konsep-konsep Teknologi Hubungan Sosial
1.
Pengertian
hubungan sosial : Menurut Alisyahbana (dalam Ali dan Asrori. 2006). Hubungan
sosial adalah cara- cara individu bereaksi terhadap orang- orang di sekitarnya
dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Hubungan sosial ini juga
menyangkut penyesuaian diri terhadap lingkungan, seperti makan dan minum
sendiri, mentaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau
organisasinya, dan sejenisnya.
Soekanto (2007)
hubungan sosial, adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan
mengandung kesadaran untuk saling menolong. Hubungan sosial terjadi karena ada
interaksi sosial yang melibatkan emosi atau perasaan. Hubungan sosial ini mula-
mula dimulai dari rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke
lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi,
yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Namun demikian yang sering terjadi
adalah bahwa hubungan sosial anak dimulai dari rumah, temen sebaya baru
kemudian teman sekolah.
2.
Mengetahui
Kriteria Hubungan Sosial
Hubungan sosial memeliki beberapa kriteria hal ini senada diungkapkan Walgito (2010: 82), bahwa baik tidaknya hubungan sosial anatara individu yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:
Hubungan sosial memeliki beberapa kriteria hal ini senada diungkapkan Walgito (2010: 82), bahwa baik tidaknya hubungan sosial anatara individu yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:
a.
Frekuensi hubungan
Frekuensi hubungan adalah sering atau tidaknya anak atau individu tersebut bergaul. Makin sering individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Jika individu itu mengisolasi diri maka individu itu kurang baik dalam hubungan sosialnya. Walau namun pada frekuensi ini masih sulit seseorang mengukurnya karena akan menentukan batasan jumlah dikatakan baiak, cukup, dan kurang.
Frekuensi hubungan adalah sering atau tidaknya anak atau individu tersebut bergaul. Makin sering individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Jika individu itu mengisolasi diri maka individu itu kurang baik dalam hubungan sosialnya. Walau namun pada frekuensi ini masih sulit seseorang mengukurnya karena akan menentukan batasan jumlah dikatakan baiak, cukup, dan kurang.
b.
Intensitas hubungan
Intensitas ini adalah dalam tidaknya anak dalam bergaul atau intim-tidaknya nanak dalam bergaul. Makin anak mendalam seseorang dalam bergaul dalam hubungan sosialnya maka semakin baik pula kemampuan hubungan sosial anak. Teman yang intim berarti memiliki intensitas yang mendalam, teman yang akrab berarti hubungan sosialnya lebih baik namun dalam hal ini juga tidak bisa dijadikan tolak ukur yang pasti.
Intensitas ini adalah dalam tidaknya anak dalam bergaul atau intim-tidaknya nanak dalam bergaul. Makin anak mendalam seseorang dalam bergaul dalam hubungan sosialnya maka semakin baik pula kemampuan hubungan sosial anak. Teman yang intim berarti memiliki intensitas yang mendalam, teman yang akrab berarti hubungan sosialnya lebih baik namun dalam hal ini juga tidak bisa dijadikan tolak ukur yang pasti.
c.
Popularitas hubungan
Poplaritas hubungan ini adalah banyak tidaknya teman bergaul hal ini dapat dijadikan dalam mengetahui dasar pakah seseorang memiliki hubungan sosial yang baik atu tidak orang yang memiliki teman bergaul banyak maka ia memiliki hubungan sosial yang baik.
Poplaritas hubungan ini adalah banyak tidaknya teman bergaul hal ini dapat dijadikan dalam mengetahui dasar pakah seseorang memiliki hubungan sosial yang baik atu tidak orang yang memiliki teman bergaul banyak maka ia memiliki hubungan sosial yang baik.
84.
Mengetahui
Faktor- faktor yang mempengaruhi hubungan sosial
a. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan keluarga ada beberapa faktor yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan kebebasan untuk menyatakan diri. Kebutuhan akan rasa aman ini sangat penting bagi anak, anak akan merasa kebutuhan dilindungi terhadap orang tua tercukupi. Perlindungan emosional ini menjauhkan ketegangan, membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan menstabilkan emosi anak. Dengan kata lain perkembangan sosial anak dilingkungan keluarga akan baik jika didukung dengan lingkungan keluarga yang kondusif. Iklim keluarga kondusif adalah; a.)ketika karakteristik internal keluarga berbeda dengan keluarga yang lainnya; b.) ketika ketika karakteristik indivudu tersebut mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu termasuk pada remaja; c.) unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu terhadap keluarga tersebut.
Dalam lingkungan keluarga ada beberapa faktor yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan kebebasan untuk menyatakan diri. Kebutuhan akan rasa aman ini sangat penting bagi anak, anak akan merasa kebutuhan dilindungi terhadap orang tua tercukupi. Perlindungan emosional ini menjauhkan ketegangan, membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan menstabilkan emosi anak. Dengan kata lain perkembangan sosial anak dilingkungan keluarga akan baik jika didukung dengan lingkungan keluarga yang kondusif. Iklim keluarga kondusif adalah; a.)ketika karakteristik internal keluarga berbeda dengan keluarga yang lainnya; b.) ketika ketika karakteristik indivudu tersebut mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu termasuk pada remaja; c.) unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu terhadap keluarga tersebut.
Remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut keluarga, maka
hal ini adalah salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja
adalah interaksi anggota keluarga. Gander (dalam Walgito, 2010: 95)
mengemukakan penelitianya pada tahun 1983 bahwa interaksi antara anggota
keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu korelat yang potensial menjadi
penghambat perkembangan sosial remaja.
b. Lingkungan sekolah
Kehadiran lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial individu atau bahkan menjadi sebuah lingkungan yang menantang atau bahkan mencemaskan bagi diri remaja. Guru dan teman sebayanya membentuk lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan maka selama itu pula remaja akan tidak akan mengalami kesulitan . jika pertentangan terjadi maka remaja akan mencari teman yang dapat menerima dirinya dalam penyesuaian diri.
Kehadiran lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial individu atau bahkan menjadi sebuah lingkungan yang menantang atau bahkan mencemaskan bagi diri remaja. Guru dan teman sebayanya membentuk lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan maka selama itu pula remaja akan tidak akan mengalami kesulitan . jika pertentangan terjadi maka remaja akan mencari teman yang dapat menerima dirinya dalam penyesuaian diri.
Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilakukan anak selama
membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut.
1. anak
dituntut untuk dapat menghormati dan menghargai hak orang lain
2. anak
didik untuk menaati aturan dan menyesuaiakn diri dengan norma-norma kelompok
3. anak
dituntut untuk dewasa dalam melakukan interaksi sosial berdasar asas saling
memberi dan menerim
4. anak
dituntut untuk memahami orang lain.
Keempat proses ini dilakukan dengan tahap sederhana ke
proses yang semakin komplek dan menuntut respon yang kompleks pula. Pada proses
ini sangat mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang berakibat pada
terhambatnya perkembangan sosial mereka.
Menurut Barrow & Wood (dalam Psikologi Remaja 2010
:97). Sebagaimana dilingkungan keluarga lingkungan sekolah juga membutuhkan
lingkungan yang kondusif pula. Kondusif tidaknya iklim yang ada di sekolah bagi
perkembangan hubungan sosial siswa tersimpul dari interaksi antara guru dan
siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, etos kerja dan kualitas
guru sehingga dapat menjadi model bagi siswa secara favourable dapat
mempengaruhi perkrmbangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari bahwa
sekolah bukanlah satu- satunya faktor penentu.
c. Lingkungan Masyarakat
Menurut Walgito (2010: 97). Salah satu masalah yang dihadapi remaja pada proses sosialisasinya adalahbahwa tidak jarang masyarakat tidak bersikap konsisiten pada remaja.di satu sisi mereka dikatatakan dewasa namun kenyataannya di sisi lain remaja tidak diberikan kesempatan untuk melakukan perah penuh sebagai orang dewasa. Untuk menghadapi masalah-masalah penting dan menentukan remaja masih sering dianggap sebagai anak kecil, sehingga menimbulkan kejengkelan dan kekecewaan pada diri remaja. Seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang dituntut untuk perkembangan sosial remaja, lingkungan masyarakat juga dituntut kondusif.
Menurut Walgito (2010: 97). Salah satu masalah yang dihadapi remaja pada proses sosialisasinya adalahbahwa tidak jarang masyarakat tidak bersikap konsisiten pada remaja.di satu sisi mereka dikatatakan dewasa namun kenyataannya di sisi lain remaja tidak diberikan kesempatan untuk melakukan perah penuh sebagai orang dewasa. Untuk menghadapi masalah-masalah penting dan menentukan remaja masih sering dianggap sebagai anak kecil, sehingga menimbulkan kejengkelan dan kekecewaan pada diri remaja. Seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang dituntut untuk perkembangan sosial remaja, lingkungan masyarakat juga dituntut kondusif.
85. Mengetahui Hubungan Pekerjaan Sosial, Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan Sosial
Pembangunan
kesejahteraan sosial sejatinya adalah segenap strategi dan aktivitas yang
dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun civil society untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kebijakan dan program
yang bermatra pelayanan sosial, penyembuhan sosial, perlindungan sosial
dan pemberdayaan masyarakat (Suharto, 2006). Pembangunan melalui investasi
sosial mempunyai dampak langsung berupa penciptaan lapangan kerja, prakarsa
partisipasi dalam pembangunan yang lebih luas biarpun pada awalnya dalam
lapangan pembangunan sosial yang sederhana. Investasi dalam pembangunan
sosial akan meningkatkan produktivitas karena adanya rasa ikut memiliki
serta kepercayaan melalui partisipasi yang lebih ikhlas. Karena
partisipasi itu dilakukan dengan ikhlas, maka lebih mudah memberikan
kepuasan berkat dipenuhinya hak-hak sosial ekonomi dan budaya yang sangat
mendasar.
Dalam dunia pekerjaan sosial dan
kesejahteraan sosial, pembangunan sosial populer di awal 1980-an. Dimana hal
ini terkait dengan keterlibatan beberapa pekerja sosial dari Amerika Serikat
yang bekerja di berbagai lembaga internasional dan mempunyai program pada negara-negara
yang sedang berkembang (Midgley:1995:30).
86. Mengetahui 3(tiga) strategi pembangunan
masyarakat
Pembangunan sosial mempunyai 3 strategi
yang dimana strategi tersebut berbanding lurus dengan apa yang ada di konsep
pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Dimana individu, komunitas dan
masyarakat bisa mengembangkan potensi-potensi yang ada adalam dirinya sehingga
dapat mencapai aktualisasi diri, serta bisa meningkatkan keberfungisan
sosialnya. Tiga strategi tersebut meliputi:
1. Pembangunan
Sosial melalui individu (Social Development by Individuals), dimana
individu-individu dalam sebuah masyarakat secara swadaya membentuk usaha
pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat (Community Empowerment)
2. Pembangunan
Sosial Melalui Komunitas (Social Development by Communities), yang dimana
kelompok masyarakat secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas
lokalnya
3. Pembangunan
sosial melalui pemerintah (Social Development by Goverment), dimana pembangunan
sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga di dalam organisasi pemerintah. (Midgley
1995:103-138). Contoh kebijakan mengenai Pembangunan sosial untuk kesejahteraan
masyarkat